Songgo Langit (per Agustus 2016) belum
banyak dibahas di media sosial sehingga lokasinya masih relatif sepi. Selain
karena masih baru, tempat ini letaknya berdekatan (tapi agak tersembunyi) dengan
hutan pinus mangunan yang ramai itu. Padahal songgo langit sangat photogenic lho.
Setiap kali traveling ke suatu tempat, saya selalu tengok kanan kiri sembari berharap menemukan satu tempat menarik yang layak dikunjungi di luar daftar rencana yang telah saya susun pagi harinya. Terkadang saya menemukan satu atau dua pantai yang mempesona, kadang juga harus bertemu penduduk lokal yang mengancam-ancam pakai celurit agar segera pergi dari tempat itu. Pernah karena kejauhan buat balik lagi ke jalan raya sampai ngemper tidur di masjid, pernah juga ngikut ke rumah penduduk lalu ngga bisa tidur sampai pagi karena diceritakan urban legend soal orang-orang sakti yang bisa mencuri sapi sekandang tanpa diketahui jejaknya di kampung itu. Macam-macam lah…
photogenic kan ya? |
Terakhir saya menemukan Songgo Langit
di tengah jalan menanjak menuju hutan pinus mangunan. Tempat ini berpotensi
luput dari pandangan karena dengan jalanan imogiri yang mulus dan sepi itu sungguh
sangat ngebut-able. Pokoknya kalau
mau ke sini, setelah pertigaan tugu mangunan, jalannya agak pelan saja dan
jangan lupa tengok kanan.
Belum ada tiket masuk saat itu, hanya
retribusi parkir motor Rp 3000 saja. Kalau boleh menyimpulkan, Songgo Langit
ini mirip versi mini dari gunung api purba Nglanggeran di Gunungkidul. Beberapa
batu besar tersebar di banyak tempat membentuk tatanan yang enak dilihat di
antara pohon pinus dan mahoni(?). Pengelola menambahkan jalur kayu untuk
menaiki batu terbesar di Songgo Langit. Ada juga jembatan kayu yang didesain
penuh cinta membelah sungai yang memisahkan tempat parkir dengan batu-batu
besar tersebut.
Selain itu ada jembatan jomblo dan
beberapa rumah pohon yang sangat cocok digunakan sebagai tempat memakan bekal
bersama pacar yang halal. Udara yang dingin, angin yang semilir, dan pohon yang
teduh amat meningkatkan nafsu memamah biak. Ngga bawa bekal? Tenang. Meskipun
sepi, di tempat ini sudah ada penjual makanan minuman ringan serta gorengan
yang murah meriah.
Hmm, sebenarnya sih saya agak dilema
membagi info tempat-tempat bagus yang masih asri begini. Di satu sisi saya
ingin potensi pariwisata Bantul diketahui banyak orang sehingga bisa menambah
PAD dan rezeki penduduk sekitar. Tapi di sisi lain, kalau sudah viral di media
masa, mulai deh kita temui vandalisme di pohon pinus, bunga yang terinjak, dan
sampah di sela-sela batu yang bikin jijik.
Jadi, sebagai langkah pencegahannya,
tolonglah kita mulai dari diri kita sendiri, tanamkan mindset bahwa traveller keren itu nggak cuma yang bisa share foto
sebanyak-banyaknya di medsos, tetapi juga mereka yang ngga meninggalkan bekas
apapun di tempat yang pernah mereka kunjungi (kecuali jejak kaki dan rasa rindu
untuk kembali lagi).
tangga kayu menaiki batu terbesar |
No comments:
Post a Comment