Tuesday 23 August 2016

Visit Bantul: Songgo Langit, Mangunan



Songgo Langit (per Agustus 2016) belum banyak dibahas di media sosial sehingga lokasinya masih relatif sepi. Selain karena masih baru, tempat ini letaknya berdekatan (tapi agak tersembunyi) dengan hutan pinus mangunan yang ramai itu. Padahal songgo langit sangat photogenic lho.

Setiap kali traveling ke suatu tempat, saya selalu tengok kanan kiri sembari berharap menemukan satu tempat menarik yang layak dikunjungi di luar daftar rencana yang telah saya susun pagi harinya. Terkadang saya menemukan satu atau dua pantai yang mempesona, kadang juga harus bertemu penduduk lokal yang mengancam-ancam pakai celurit agar segera pergi dari tempat itu. Pernah karena kejauhan buat balik lagi ke jalan raya sampai ngemper tidur di masjid, pernah juga ngikut ke rumah penduduk lalu ngga bisa tidur sampai pagi karena diceritakan urban legend soal orang-orang sakti yang bisa mencuri sapi sekandang tanpa diketahui jejaknya di kampung itu. Macam-macam lah…

photogenic kan ya?

Terakhir saya menemukan Songgo Langit di tengah jalan menanjak menuju hutan pinus mangunan. Tempat ini berpotensi luput dari pandangan karena dengan jalanan imogiri yang mulus dan sepi itu sungguh sangat ngebut-able. Pokoknya kalau mau ke sini, setelah pertigaan tugu mangunan, jalannya agak pelan saja dan jangan lupa tengok kanan.

Belum ada tiket masuk saat itu, hanya retribusi parkir motor Rp 3000 saja. Kalau boleh menyimpulkan, Songgo Langit ini mirip versi mini dari gunung api purba Nglanggeran di Gunungkidul. Beberapa batu besar tersebar di banyak tempat membentuk tatanan yang enak dilihat di antara pohon pinus dan mahoni(?). Pengelola menambahkan jalur kayu untuk menaiki batu terbesar di Songgo Langit. Ada juga jembatan kayu yang didesain penuh cinta membelah sungai yang memisahkan tempat parkir dengan batu-batu besar tersebut.

Selain itu ada jembatan jomblo dan beberapa rumah pohon yang sangat cocok digunakan sebagai tempat memakan bekal bersama pacar yang halal. Udara yang dingin, angin yang semilir, dan pohon yang teduh amat meningkatkan nafsu memamah biak. Ngga bawa bekal? Tenang. Meskipun sepi, di tempat ini sudah ada penjual makanan minuman ringan serta gorengan yang murah meriah.

Hmm, sebenarnya sih saya agak dilema membagi info tempat-tempat bagus yang masih asri begini. Di satu sisi saya ingin potensi pariwisata Bantul diketahui banyak orang sehingga bisa menambah PAD dan rezeki penduduk sekitar. Tapi di sisi lain, kalau sudah viral di media masa, mulai deh kita temui vandalisme di pohon pinus, bunga yang terinjak, dan sampah di sela-sela batu yang bikin jijik.

Jadi, sebagai langkah pencegahannya, tolonglah kita mulai dari diri kita sendiri, tanamkan mindset bahwa traveller keren itu nggak cuma yang bisa share foto sebanyak-banyaknya di medsos, tetapi juga mereka yang ngga meninggalkan bekas apapun di tempat yang pernah mereka kunjungi (kecuali jejak kaki dan rasa rindu untuk kembali lagi).    

tangga kayu menaiki batu terbesar
awas baper ya, disini banyak tulisan menyakitkan macam begitu
  

No comments:

Post a Comment