Poppies Lane. 4.30 WITA.
Alarm hape berbunyi (Maher Zain-Freedom) dan berarti sudah saatnya bangun. Saya nggak tahu jadwal subuhnya jam berapa. Jadi, berpedoman pada subuh di Jatim yang pukul 4an, pasti di Bali sudah (teorema dari mana ini?).
Usai solat subuh, saya bangunkan Uzi dan Alam. Mereka sholat, lalu tidur lagi. Wajar sih kecapekan.
Keluar kamar, saya coba jalan di depan Poppies Lane. Sepi. Kayaknya bagus nih buat belajaran matic. Belajar lah saya muter-muter Kuta (haha, katrok). Terus jogging di Kuta. Sendirian gak seru. Baliklah saya ke kosan kiranya ada makhluk yang sudah bangun. Baru Uzi yang bangun.
Pantai Kuta, 5.15 WITA.
Usai melihat-lihat pantai yang masih gelap (sepertinya tadi saya solat subuh belum waktunya, hehe), kami memutuskan untuk jogging menyusuri pantai ke barat, ke arah Discovery Shopping Mal. Eh sepertinya bakal ada turnamen sepakbola pantai piala bupati Badung di Kuta, sebab pasirnya sudah diratakan dan baliho serta bendera warna-warni mengitari lapangan pasir tersebut. Di kemudian hari, saat saya di rumah nonton TVRI, saya lihat siaran olahraga ada liputan tentang turnamen itu. Katanya sebagai salah satu ajang seleksi tim sepakbola pantai Indonesia untuk Asian Beach Games selanjutnya, di Oman kalau gak salah.
kita dahsyat dan perkasa. yeah @piala bupati Badung |
Lho, kok nggak terang-terang ini langitnya? Oh, rupanya mendung gelap. Puas foto-foto, kami bergegas ke tempat kami meninggalkan sandal di tepi pantai. Saya ingin menguji kebenaran perkataan si bapak pemilik persewaan motor yang dengan sombongnya berkata “ini Bali mas, ndak ada yang namanya kecurian motor, nggak kayak di Jawa”. Beliau bilang begitu saat kami tanya “pak, nggak ada gembok ekstra nih? Barangkali ntar ada apa-apa…”. Kesel juga dibilangi gitu, secara saya dan 8 orang lainnya di rombongan adalah orang Jawa (kecuali Sinaga-Batak dan Imanur-Sunda).
Uzi dengan begron Discovery Shopping Mal |
Ternyata sandal saya dan Uzi masih terletak di tempat yang sama. Baiklah, saya akui, Bali memang sangat aman untuk ukuran Indonesia. Saat kunci kamar kami hilang, kami juga meninggalkan kamar kami selama dua hari-tak terkunci-bepergian dan tidak ada apa-apa yang hilang.
Tiba-tiba Iza sms, “Ndo, ke pantai yuk”.
Saya, “sama siapa?”
Iza, “sama Dedi, Gugun, Mb Lia, Iwan, dll”
Saya, “gerimis lho, ini saya lagi di pantai habis jogging sama Uzi”
Iza, “Sandoooo! Jambak! Ke pantai gak ngajak2”
Saya, “lha tadi masih pada tidur”
Saya, “sama siapa?”
Iza, “sama Dedi, Gugun, Mb Lia, Iwan, dll”
Saya, “gerimis lho, ini saya lagi di pantai habis jogging sama Uzi”
Iza, “Sandoooo! Jambak! Ke pantai gak ngajak2”
Saya, “lha tadi masih pada tidur”
Foto doang lah ya @monumen |
Tak ada sms balasan, mungkin marah. Biarlah, toh gerimis juga (apa hubungannya?).
6.45 WITA. Bali Bomb Memorial Monument.
Sebelum pulang kami berdua mampir Monumen Peringatan Bom Bali dulu, sudah terlanjur kehujanan kok. Foto-foto, apalagi. Lalu pulang.
7.00 WITA. Pasar Kuta (sebut saja begitu).
Baru sampai, lalu diajak Sinaga cari sarapan. Nggak tahu saya kemana. Beberapa kilo, dan sampailah di pasar. Di seberang jalan ada warung muslim jualan nasi kuning. Eh, rupanya orang Bangkalan. Tak bisalah saya maupun Sinaga ngajak ngobrol sok akrab gitu pake bahasa Madura (biar ada dikasih lauk ekstra lah, haha). Murah kok, Rp5.000,00 saja dan kami bungkus buat bersepuluh.