Sampai saya merasa punya alasan kuat untuk menulis kembali.
Saya sudah merasa akhir pekan ini akan jadi akhir pekan yang
tidak biasa. Benar saja, ternyata jumat kemarin bertepatan dengan hari terakhir
OJT resmi DJP. Setelah empat bulan yang penuh dengan bimbingan, jaga image di
kantor (hihi, ngaku), laporan harian ke SIKKA (yang salah mulu), belajar SOP,
hingga laporan OJT. Alhamdulillah, 602 did it! Special credit to our marvelous
leader, sebut saja, Affan: U rock guys!
Lega rasanya.
Pekan lalu, senior kami yang baru diangkat sebagai AR, sebut
saja Ruud Tiger, mentransfer beberapa ratus ribu sebagai bentuk “berbagi rasa
syukur” atas status barunya. Akhir pekan besok adalah momen yang dipilih untuk
eksekusi. Yei.
Minggu, disepakati berkumpul di rumah saya pukul 9.30. Meski
sudah di-sms sent to all, tapi ada banyak balasan yang mengatakan tidak bisa
hadir. Ya, maaf, sudah sepakat minggu pagi toh? Akhirnya hanya bertujuh yang
berangkat.
Sebenarnya kami masih belum punya bayangan pasti mau
melakukan apa. Jalan saja ke selatan. Sampailah di Kali Kromong Pacet. Ramai
sekali, maklum liburan sekolah. Jadi kami meneruskan naik ke jalur cangar. Nah,
lepas lima belas menit menanjak, motor kami sudah berasap-asap bau sangit
layaknya protes untuk tidak meneruskan perjalanan. Sampai sebelum keramaian air
terjun pinggir jalan, semuanya sepakat untuk berhenti sejenak sebab tak tega
melihat Ita, satu-satunya wanita di rombongan ini, harus turun jalan kaki di
tanjakan terakhir. Pandangan kami terhenti di lesehan-lesehan pinggir jalan
yang dapurnya mengepulkan asap menggoda kami untuk singgah. Teorinya sih
sebentar saja, tapi cerita si A tentang
si anu, disambut informasi B tentang si itu yang punya affair dengan si inu
membuat pembicaraan jadi ngalor ngidul. Gosip lah jadinya.
Chiki, Kerupuk tahu melempem, Sate kelinci rasa kerbau, dan
sate jamur rasa rujak menemani obrolan seru kami menghabiskan segelas (kecuali
Ferdhi yang 2 gelas karena gelasnya bocor mulu) kopi panas. Tak lupa beberapa
bidikan mengabadikan sekeping memori jalur cangar (halaa, lebay).
|
feeding Nemo! |
Usai-membayar (yaiyalah!) kami bergegas turun gunung ke
lesehan Kasumi, yang direkomendasikan Frandy melebihi ikan bakar Pak Ghufron,
karena tempatnya lebih cozy dan penasaran belum pernah coba. Dari jalan raya
Pacet, masuk gang ke barat sekitar dua kilo (lumayan tersembunyi itu yak) di
desa Kemasan Tani.
Kesan eksklusif langsung terbersit di benak Saya ketika
sampai di pintu Kasumi (they call it “Fishery Plantation and CafĂ©”) apalagi
yang parkir cuma mobil doang. Krik3.
|
goreng goreng goreng! |
Eksklusifitas makin terasa ketika tahu tempat lesehannya
sangat luas dan terpisah kolam-kolam ikan penuh ikan (yaiyalah kolam ikan penuh
ikan) yang jinak-jinak. Tak pelak, mereka jadi korban narsisme dan kameo foto
kami. Siap-siap masuk facebook ya… (ngomong sama ikan)
|
Bayu, kelihatan sekali nafsu ingin foto-fotonya |
Minuman datang, foto bersama. Makanan datang, foto bersama.
Cuci tangan, foto lagi (duh ingat umur Nak). Di tengah canda tawa dan
konsentrasi menguliti bakaran ikan, Ita berujar “iri deh, sama keakraban
angkatan kalian. Kemana-mana bisa kumpul-kumpul. Gampang diajak bikin acara dan
kelihatan kompak banget meski juga bisa bicara serius kalau waktunya serius.
Keren, ikut lagi ya kalau ada acara jalan2 kayak beginian”. LoL #Terharu...
Bicara soal rasa,
memang lebih baik sih dari lesehan-lesehan yang pernah kami kunjungi
sebelumnya.
|
together we strong! |
Harganya?
Sempat ketar-ketir ketika tiba waktu ke kasir. Seorang China
sebelum saya menghabiskan IDR 597k. Astaghfirullah. Sudah siap-siap
menggadaikan KTP nih, kelakar yang lain. Eh ternyata murah lho. Untuk tujuh
orang, tidak beda dengan harga di lesehan pada umumya, IDR 194k.
Uang masih sisa! Kalau saja tak ingat sudah jam empat sore dan
ada anak gadis yang tak baik keluar magrib-magrib, pasti kami lanjutkan. See U
another amazing weekend. Sempu boleh?