Bagi saya, traveling/ backpacking itu selalu menyenangkan, nggak ada istilahnya sedih atau menyesal kemanapun destinasinya. Semuanya diambil hikmah dan pengalamannya.
Setelah dari Gunung Padang, saya mampir ke acara nikahan
teman di Kota Cianjur. Selepas sholat dzuhur di tempat resepsi, saya naik
angkot 03B ke arah perempatan tugu (yang ada patung buku di puncaknya), lalu
ganti angkot biru ke Cipanas. Perjalanan menanjak terus melewati bukit-bukit.
Trayek angkot ini melewati (persimpangan jalan) perkebunan teh Gedeh, Taman
Bunga Nusantara, dan Istana Cipanas. Jadi kalau mau ke situ, naik angkot ini
juga.
Berhenti di pasar cipanas dengan ongkos Rp 6.000, lalu saya
naik angkot kuning jurusan Loji dan turun di pertigaan Cibodas, Rp 2.000. Di
situ hujan deras. Begitu turun angkot, payung nggak bisa dibuka, akhirnya saya
paksa, dan ‘ckrek’ patah. Saya segera naik angkot kuning juga jurusan
KRC-Rarahan biar tidak semakin basah, sekitar 5 km, harganya Rp3.000. Turun di
pasar oleh-oleh karena jalanan macet penuh dengan rombongan wisatawan. Jalan
kakilah saya ke pintu masuk Kebun Raya Cibodas dan membayar Rp9.500 sebagai
retribusinya.
peta kebun yang luas... |
Kebun Raya Cibodas didirikan pada tanggal 11 April 1852 oleh
Johannes Ellias Teijsmann, bersamaan dengan dibawanya pohon Kina (Cinchona casilaya) ke Indonesia. KRC mempunyai fungsi sebagai tempat
konservasi, penelitian, pendidikan, dan pariwisata. Terletak di kaki Gunung
Gede Pangrango pada ketinggian 1300-1425 mdpl dengan luas 84,99 hektar, kebun
ini telah mengoleksi 1260 jenis tanaman koleksi kebun, 262 koleksi anggrek, 98
jenis koleksi kaktus, 71 jenis koleksi sukulen, 164 jenis koleksi obat, 767
jenis koleksi biji, dan 2984 jenis herbarium (berdasarkan data registrasi per
maret 2013). – Brosur Resmi KRC.
Beberapa tempat yang menarik untuk dikunjungi di dalam KRC
di antaranya:
·
Taman Rhododendron --- koleksi jenis Rhodonderon
yang berasal dari Indonesia, Jepang, dan China.
·
jalan air, sayang rame banget |
taman sakura itu, biasa aja ya kalo nggak pas berbunga |
Taman Sakura --- Bunganya musiman, kata brosur
sih 2x setahun tiap Januari-Februari dan Agustus-September. Tapi pas saya ke
sana (agustus), tanamannya meranggas nggak ada bunganya sama sekali. *apes
·
Jalan Air --- “dilarang mencuci mobil di sini”
begitu tulisan di lokasi ini. Hah? Ada gitu emangnya? Entahlah, yang jelas,
this was so much pleasant spot (if you are a kid). Jadi ceritanya, ini adalah
sungai yang dipotong sama jalan aspal. Normalnya kan dibikin jembatan, tapi ini
enggak. Airnya ngalir gitu aja membanjiri jalan, jadi siap-siap lepas sepatu ya
kalau mau nyeberang di sini.
·
Araucaria Avenue --- jalan yang diapit pohon Araucaria bidwilli dari wisma tamu
sampai kolam besar. Serasa di filem-filem bolywood gitu. Katanya pohon-pohon
ini ditanam sejak 1866.
·
Taman Lumut --- Luasnya 1300 meter persegi
dengan koleksi 134 jenis lumut << taman lumut outdoor terbesar di Asia lhoo.
*yakali masa lumut ditanem indoor, yang ada gedungnya di cat biar gak lumutan.
·
bukannya narsis, aduh malu cuma mau menunjukkan kalo Cibogo rame bener |
Air terjun Ciismun dan Cibogo --- Ciismun adalah
yang terbesar sekaligus terjauh. Tingginya sekitar 30 meter. Yang dekat adalah
Cibogo, tapi ya itu, ramainya minta ampun. Bahkan kalau Anda foto, besar
kemungkinan backgroundnya bukan air terjun, tapi punggung pengunjung lain.
·
Bunga Bangkai, Koleksi Paku-pakuan, Koleksi
tanaman air di Kolam Besar, Hutan Alami Wornojiwo, Koleksi tanaman obat dan
tanaman hias.
Awalnya saya excited sekali dengan deskripsi tentang KRC di
internet. Secara nama pun, kayaknya keren maksimal. Namun… yah kecewa.
use this instead of private car |
Sebetulnya sih KRC memang sangat keren, sayang pengelola dan
pengelolaannya terkesan kurang serius. Pertama nih, masa iya, Kebun raya ada
angkot bisa masuk dan keleleran di dalam? Enak-enak jalan kaki, menikmati udara
sejuk dan tanjakan yang lumayan, eh, banyak mobil lewat dengan santainya, jadi
jalan minggir-minggir deh biar gak ketabrak. Apa bedanya sama di kota kalau
gitu? Polusinya pun, argh! --- Mulai badmood. Mbok ya kalau nggak kuat jalan
kaki, digunakan fasilitas kereta wisata aja, ngga usah mobil dibawa sampai jauh
ke dalam…
Kedua, di tempat-tempat terbuka, banyak panggung dengan
orkes dangdutan yang biasa di kondangan itu. Dengan penyanyi-penyanyi
berpakaian sekedarnya (padahal duingin) dan bapak-bapak yang bergoyang ikutan
nyawer. Oh God, polusi suara!! Mestinya suara ngengat gunung atau kodok yang
bisa bikin rileks ini malah… Badmood kedua.
kolamnya keren, tapi kalau di zoom, itu bungkus popmi |
Lanjut, di pinggir kolam, pas saya mau foto-foto, bungkus
p*pmie mengambang di mana-mana. Hellooo bunga teratai yang terbuat dari
Styrofoam, apa kabar? Hey Indonesian travelers, please, don’t you know that
there is garbage bin beside the pool? This is pool, for fish and water plant,
and that is bin, for your garbage! Errr. Badmood ketiga dan saya putuskan
pulang balik saja. Memang sih, 18 Agustus 2013 ini adalah penghujung hari libur
sekolah paska Idul Fitri, jadi mungkin pengelolanya kewalahan menghandle ribuan
pengunjung.
Begitu keluar KRC jam 16.00, bis-bis besar tur pariwisata
sudah bersiap pulang, bergegaslah saya cari angkot turun ke pertigaan Cibodas.
Baru berjalan beberapa ratus meter, sudah macet berhenti total. Setengah jam
tidak ada tanda akan jalan, saya turun dan memutuskan untuk jalan kaki. Sekitar
4 km lho, untung jalannya menurun terus. Sampai bawah, sudah jalur satu arah
doang ke Jakarta. Bis tak ada yang lewat! Akhirnya saya nekat naik angkot
jurusan Puncak At-Taawun, pikir saya yang penting mendekati Jakarta. Lanjut
angkot Puncak-Cisarua, lalu Cisarua-Tol Ciawi. Di Ciawi pun nunggunya lama.
Begitu dapat (rebutan dulu), saya berdiri dari Ciawi-Kampung Rambutan dengan
kondisi tol yang padat merayap dan baru sampai kosan pukul 22.30.
Moral Value nya, traveling itu selalu asyik, selama kita persiapan dengan matang, termasuk timingnya.
No comments:
Post a Comment