Tuesday 24 October 2023

Merekam Turki Melalui Bosphorus Cruise

Selat Bosphorus dari
atas jembatan

Bunga-bunga mulai bermekaran di sepanjang perjalanan dari Bandara Istanbul. Meskipun sebagian besar bunga yang ditanam di pinggir jalan bukanlah bunga tulip, bunga nasional Turki, tetapi keberadaannya cukup memanjakan mata. Bunga tulip baru bisa saya jumpai bermekaran di Sultanahmet Square dan Istana Topkapi. Di awal bulan April, yang seharusnya sudah masuk pertengahan musim semi, udara masih terasa dingin. Saya tidak berlebihan mengatakannya karena walaupun saya berpotensi bias karena sehari-hari terbiasa menikmati suhu terik di Jabodetabek, tetapi sebagian besar orang lokal saat itu juga mengenakan outfit jaket tebal – yang meskipun begitu tetap terlihat stylish – berbeda dengan saya yang tampak amburadul ketika memakai jaket tebal, syal, dan kupluk.

Perjalanan saya di Turki tidak panjang. Bahkan bisa dibilang saya hanya mampir sebentar selama dua hari satu malam. Oleh karena itu, pihak travel hanya menyusun agenda di sekitar Istanbul saja. Namun, tetap saja bagi saya, perjalanan singkat itu terasa sangat berkesan. Salah satu hal yang paling berkesan adalah Bosphorus Cruise. Pemandu wisata kami menyebutkan bahwa Bosphorus dapat dikatakan sebagai salah satu tempat paling penting dan bersejarah bagi Turki.

Letak, Kondisi

Bosphorus adalah nama dari sebuah selat yang menghubungkan Laut Marmara dan Laut Hitam. Selat ini membagi kota Istanbul menjadi dua dan memisahkan daratan Asia dan Eropa. Sebagai selat yang strategis, lalu lintas di selat ini cukup sibuk. Terdapat dua bentang jembatan bernama Jembatan Bosphorus dan Jembatan Sultan Mehmet yang melintang di atas Selat Bosphorus. Kabarnya masih banyak warga yang sehari-hari memilih menyeberang kedua sisi benua melalui jalur air dibanding berkendara di atas jembatan. Mereka perlu melewati selat ini untuk bekerja di pusat-pusat bisnis yang kebanyakan berlokasi di daratan Eropa. Harga properti dan biaya hidup di daratan Asia yang lebih murah mendorong banyak penduduk Istanbul dan sekitarnya lebih memilih bermukim di daratan Asia. Selain itu, memang wilayah Turki di benua Eropa hanya sekitar 3% dari total luas wilayah negara tersebut.

Sejarah

Selain berperan penting sebagai penghubung perekonomian, Selat Bosphorus juga menyimpan catatan panjang sejarah. Salah satunya adalah kisah bagaimana upaya Sultan Muhammad Alfatih merebut Konstantinopel (nama Istanbul sebelum pendudukan tahun 1453). Sebagai ibukota Romawi Timur dan pusat perdagangan rempah-rempah serta pintu masuk yang strategis bagi berbagai kepentingan, dinasti Utsmani merasa penting untuk merebut Konstantinopel dari Romawi Timur.

Berbagai upaya dilakukan pasukan dinasti Utsmani di bawah pimpinan Muhammad Alfatih. Pertempuran darat, laut, dan bawah tanah dilakukan untuk menembus banteng kota Konstantinopel. Namun benteng tersebut tak kunjung dapat ditembus selama berminggu-minggu. Satu-satunya jalan paling efektif adalah melalui Selat Bosporus tetapi pasukan Romawi telah memasang banyak rantai di bawah laut yang menghalau kapal-kapal memasuki kota. Dari sinilah tercetus ide untuk mengangkat kapal-kapal melalui daratan, meminyaki kayunya dengan minyak, dan dalam semalam, 70 kapal berhasil dipindahkan ke Golden Horn (muara sungai yang mengalir menuju selat Bosphorus) untuk menyerang jantung pertahanan kota. Singkat cerita, Konstantinopel berhasil ditaklukkan. Peristiwa bersejarah ini juga menjadi awal dari berbagai peristiwa sejarah lainnya. Salah satunya adalah awal penjelajahan samudera oleh bangsa-bangsa Eropa yang menjadi babak baru penjajahan panjang di nusantara. Eropa melakukan penjelajahan lintas samudera karena mereka kehilangan akses pasar untuk membeli rempah-rempah yang awalnya diperdagangkan di Konstantinopel. Rempah adalah kebutuhan utama di daratan Eropa untuk menghangatkan tubuh saat musim dingin. Jadilah mereka berlayar sampai jauh untuk mencari di mana negeri asal penghasil rempah-rempah.

Apa saja yang bisa dilihat

Bosphorus Cruise kami dimulai dari Pelabuhan Karakoy di Rihtim Caddesi (Jalan Dermaga). Di sepanjang Rihtim Caddesi, berjejer restoran dan toko souvenir yang penuh oleh wisatawan. Saya tidak tahu berapa persisnya harga tiket Bosphorus Cruise ini (karena sudah termasuk harga paket wisata) tetapi dari penelusuran berbagai aplikasi, harga tiketnya bervariasi dari yang paling murah Rp200.000 sampai dengan Rp900.000 untuk sunset cruise.

Para pemancing lokal di Galata Port
Dari Pelabuhan Karakoy, trip berlangsung selama kurang lebih dua jam. Perjalanan diawali dengan menyisir daratan Eropa. Pemandangan pertama yang tampak adalah Pelabuhan Galata tempat kapal-kapal pesiar bersandar dan hiruk pikuk tempat makan di sepanjang Rihtim Caddesi. Selanjutnya kita akan melihat berbagai gedung pemerintahan, hotel, istana, serta berbagai bangunan lainnya di daratan Eropa. Sebagian besar tersusun rapi menghadap selat Bosphorus yang, entah bagaimana caranya, terlihat sangat bersih tanpa sampah. Istana dan Masjid Dolmahbace di tepi Selat Bosphorus terlihat gagah di antara bangunan lainnya. Kontur Istanbul yang berbukit-bukit juga memungkinkan kita untuk dapat melihat berbagai bangunan bersejarah yang sebenarnya terletak agak jauh dari Bosphorus seperti Istana Topkapi dan kubah-kubah masjid lainnya.

Langit Istanbul selalu tampak biru. Hal ini membuat foto-foto di sepanjang pelayaran ini begitu menakjubkan. Udara begitu segar meski agak dingin. Jangan lupakan jaket karena angin bertiup kencang di atas kapal. Burung camar sering, secara sengaja maupun tidak, tertangkap frame kamera kita saking banyaknya.

Galataport dan Hiruk Pikuknya Turis

Dari sisi daratan Asia, tampak banyak rumah-rumah mewah yang memiliki halaman di selat Bosphorus. Menurut pemandu wisata kami, sebagian besar orang kaya Turki-lah yang memiliki rumah-rumah tersebut. Ada juga Menara Maiden yang berada di tengah selat. Kabarnya, Menara ini dulunya adalah istana putri kerajaan yang seiring zaman, telah berubah fungsi. Terakhir, saat ini Menara Maiden dipakai sebagai restoran.

Istana Dolmabahce di Tepi Bosphorus Sisi Eropa

Tak terasa, telah dua jam kapal berkeliling menyusuri Selat Bosphorus yang indah dan bersejarah. Perjalanan diakhiri dengan merapatnya kembali kapal ke Pelabuhan Karakoy. Di pelabuhan ini, bau masakan dari berbagai restoran meruap memasuki indera penciuman. Baunya agak tercampur dengan bau amis para pemancing lokal yang sesekali berhasil menangkap ikan. Bosphorus Cruise bagaikan trailer dari film Turki secara ringkas sebelum menjelajahinya lebih jauh satu per satu. Trailer ini benar-benar menggoda sehingga mampu membuat siapapun ingin menamatkan filmnya sampai habis di kesempatan berikutnya.

No comments:

Post a Comment