Tuesday 22 March 2022

Pesona Pariaman di Pantai Gandoriah dan Pulau Angso Duo

Kota Pariaman yang terletak sekitar 56 km dari Kota Padang (Ibukota Provinsi Sumatera Barat) lebih mendunia dengan Festival Tabuik-nya. Pesta budaya ini setiap tahunnya dirayakan dan telah dimasukkan ke dalam kalender pariwisata tahunan Pariaman sejak 1982. Rangkaian acara Tabuik dihelat mulai dari tanggal 1 Muharram hingga mencapai puncaknya pada 10 Muharram. Alangkah serunya apabila kita bisa melihat langsung festival tersebut. Akan tetapi apabila kita tak beruntung berkunjung ke Pariaman di tanggal tersebut, jejak kemeriahan festival tersebut dapat Anda temukan dengan berkunjung ke dua rumah museum Tabuik: Subarang dan Pasa. Pusat perayaan Festival Tabuik Pasa sendiri berada di Pantai Gandoriah yang mana Tabuik akan dilarung ke laut lepas.

Meriahnya Pantai Gandoriah

Dengan garis pantai mencapai 12 km, Kota Pariaman menjadikan pantai-pantainya sebagai objek wisata andalan. Sebut saja seperti Pantai Gandoriah, Pantai Penyu, Pantai Kata, Pantai Pasir Lohong, Pantai Belibis, dan Pantai Cermin yang digarap serius oleh pemerintah setempat.

Salah satu pantai paling “hits” di Pariaman adalah Pantai Gandoriah. Selain karena fasilitas dan penjual makanannya lebih banyak, Pantai ini juga terhubung langsung 4x sehari PP dengan Kota Padang melalui kereta api reguler (KA Sibinuang). Stasiun Pariaman terletak persis di depan Pantai Gandoriah sehingga banyak sekali rombongan wisatawan dari ibukota provinsi yang menggunakan kereta api ini menuju Pantai Gandoriah saat akhir pekan. Selain itu, jarak pantai ini dengan Bandara Internasional Minangkabau hanya 29 km dan dapat ditempuh selama kurang lebih 45 menit saja melalui jalan raya provinsi yang mulus.

Jika berkunjung ke Pantai Gandoriah, sebelum memulai menjelajahi pasir lembut dan kecoklatan pantai ini, ada baiknya Anda mengisi perut dengan berbagai kuliner khas setempat. Ada Nasi Sek: singkatan dari “saratuy kanyang” atau seratus kenyang dalam bahasa Indonesia (sejenis nasi kucing di Jawa) yang merupakan makanan endemik pantai ini, Sala (camilan renyah berbahan dasar ikan laut/cumi dan tepung), atau nasi padang. Cobalah nasi padang di seberang stasiun Pariaman, saya rasa nasi padang di warung itu adalah salah satu yang terbaik di Sumatera Barat.

Pulau Angso Duo

Setelah kenyang, Anda bisa mencoba mengunjungi salah satu dari enam pulau kecil tak berpenghuni yang dimiliki Kota Pariaman. Keenam pulau tersebut bernama Pulau Angso Duo, Pulau Bando, Pulau Gosong, Pulau Ujuang, Pulau Tangah, dan Pulau Kasiak. Pulau-pulau tersebut tampak seperti memagari Pantai Gandoriah dari ganasnya ombak lautan. Dengan membayar karcis perahu kayu seharga Rp 30.000 per orang (PP) dan terombang-ambing sekitar 25 menit di Samudera Hindia, Anda sudah bisa mengunjungi Pulau Angso Duo.

Dari kejauhan, tampak tulisan “Angso Duo” berwarna merah yang ikonik. Daya tarik utama pulau ini adalah pasir putihnya yang lembut layaknya bedak bayi. Bayangkan, seluruh pulau (tidak hanya di tepi pantainya saja) tersusun atas pasir yang sangat lembut. Selain itu terdapat banyak spot untuk foto, renang, maupun snorkeling. Seingat saya ada perosotan besar (jika tak boleh dibilang raksasa) yang berada di ikon tulisan pulau ini. Untuk fasilitas umum seperti mushola, toilet, warung makan, dan jalan setapak mengelilingi pulau sudah cukup memadai. Sungguh menyenangkan mengelilingi jalan setapak pulau ini ditemani sepoi angin laut dan pepohonan yang lebat. Hanya dengan 30 menit berjalan santai Anda sudah bisa mengelilingi seluruh sisi terluar Pulau Angso Duo. Terdapat banyak pohon besar yang rindang di pulau ini sehingga Anda dapat terhindar dari teriknya mentari.

Semuanya menyenangkan tetapi tentu tak ada yang sempurna. Dermaga dan layanan antar jemput perahu dari dan ke pulau Angso Duo sudah cukup bagus. Hanya saja saat saya berkunjung ke sana tempo lalu, saya ditinggal pergi perahu dan harus menunggu sejam lebih perahu menjemput balik dari daratan Sumatera. Kualitas sinyal indosat dan tri belum bagus di pulau ini sehingga saya tidak dapat terhubung dengan pemilik perahu. Beruntung tidak ada kendala lain dan akhirnya perahu datang juga. Tempo lalu saya pernah mendengar puluhan turis terjebak di Pulau Angso Duo selama dua hari akibat ombak yang mengganas di Samudera Hindia sehingga perahu tak bisa merapat. Akhirnya mereka berhasil dievakuasi oleh Tim SAR. Agak mengerikan memang kalau mengingat bahwa pulau ini memang berada di samudera lepas. Ombaknya memang relatif besar ketika saya berangkat maupun pulang sehingga membuat mulut tak henti beristighfar dan mata saya tak bisa lepas dari pelampung yang jumlahnya sedikit. Namun, mengunjungi Pulau Angso Duo saat ramalan cuaca akan cerah sungguh worth to try.

Menunggu ketidakpastian dijemput nahkoda kapal yang tak bisa ditelepon
di dermaga Pulau Angso Duo 

Terakhir, Pantai Gandoriah (dan Pulau Angso Duo) adalah perpaduan antara posisi yang strategis, akses yang mudah, panorama yang indah, dan tempat ritual tahunan yang sudah mendunia. Mari kita berwisata di negeri sendiri.

 

No comments:

Post a Comment