Monday 22 August 2016

Visit Bantul: Goa Gajah


Jaman dulu, saya pernah baca komik doraemon edisi Nobita jalan-jalan ke Hokaido. Di sana ada goa besar yang punya banyak stalagtit dan stalagmit. Singkat cerita, si Nobita mencuil salah satu ujung stalagtit untuk dipamerkan ke teman-teman sekolahnya. Suneo teriak histeris karena dia tahu, kalau untuk membentuk satu senti stalagtit saja perlu puluhan bahkan ratusan tahun untuk mengendapkan kapur yang menetes, apalagi secuil punya Nobita. Pada akhirnya, semua kecerobohan Nobita berujung pada alat-alat magis dari Doraemon. Dengan pintu kemana saja, mereka mengunjungi stalagtit itu lagi dan menggunakan alat lainnya untuk menumbuhkannya dengan instan.

Cerita itu terus membekas dalam benak saya setidaknya untuk dua hal. Pertama, untuk Hokaido yang indah (semoga suatu hari nanti kesampaian ke sana), dan kedua untuk gambaran bahwa setiap goa pasti banyak stalagtit dan stalagmitnya.

Ternyata saya keliru, saya beberapa kali mengunjungi goa baik yang berupa objek wisata sendiri ataupun yang menempel di sepanjang jalan setapak di pendakian. Namun, tak banyak goa yang punya stalagtit. Sampai saya mengunjungi goa gajah pada libur lebaran 2016 ini.
___

stalagtit goa gajah
Goa gajah terletak di Desa Wisata Lemahbang, Mangunan, Dlingo, Bantul. Mendengar kata Mangunan, tentu kita lebih familiar dengan Kebun Buah Mangunan dan Hutan Pinusnya yang lebih happening belakangan ini. Namun, alternatif tempat wisata lain di Mangunan juga tak kalah menariknya lho. Hampir saya keliru menebak bahwa Mangunan sudah termasuk Kabupaten Gunungkidul karena kemiripan kontur jalannya dengan daerah Gunungkidul.

it tells many things
FYI, setelah melihat peta (dan menjelajahinya) Bantul adalah kabupaten yang besar di DIY lho. Ia adalah paket komplit untuk berwisata. Perlu pantai, perbukitan, pertokoan, dan sentra seni? Semuanya ada di Bantul.

Kembali ke goa gajah: untuk menuju ke sana Anda bisa mengandalkan gps dan rambu-rambu yang cukup banyak di sepanjang jalan raya Dlingo. Hati-hati ya, jalanannya naik turun dengan kondisi sepi, sangat memanjakan nafsu untuk kebut-kebutan sehingga harus tetap waspada.

Sesampainya di pintu masuk, kita parkir saja kendaraan di sana. Ssst, di sini karcis masuk dan parkirnya masih gratis lho.
___

Awalnya saya pesimis dengan tempat yang belum viral di internet ini. Namun ternyata, Goa Gajah adalah goa terbesar di Bantul dengan panjang mencapai 200 meter dan memiliki pintu vertikal di tengahnya. Kita memerlukan sekira 30 menit untuk menjelajahi dari pintu horizontal ke pintu vertikal. Karena kurang persiapan, saya tidak membawa senter besar. Jadi saya menyewa jasa guide sekaligus senter yang tidak memasang tariff. Seikhlasnya saja. Sisi positif dari memakai jasa guide adalah kita bisa mendapat banyak informasi tentang nama-nama tiap sudut goa. Di dalamnya, ada balai perempuan, balai laki-laki, ruang kyai balad, dsb (sayangnya saya tidak mencatat L ). Yang jelas, stalagtit nya banyak sekali. Dan sebagian besar masih “hidup” karena masih ada tetesan airnya. Jalanannya masih licin dan banyak tumpukan kotoran kelelawar di dalamnya. Saya lebih senang kalau objek wisata dibiarkan otentik seperti itu daripada ditambah dekor-dekor yang justru akan merusak sisi alamiahnya suatu tempat wisata. Contohnya dengan menambah lampu atau dibuat jalan semen. Goa kok terang benderang. Kasian kelelawarnya dong, ngga bisa bobok.

Beberapa meter dari pintu goa sudah gelap gulita dengan suara kepak kelelawar dan wallet yang bising sekali. Ada ruang yang lapang dan langit-langitnya tinggi ada juga yang harus menunduk-nunduk agar bisa lewat. Balai perempuan menurut saya adalah tempat yang paling menakjubkan. Stalagtitnya besar-besar hampir menyentuh tanah dan masih aktif semua.

Jika anda beruntung, di pintu vertikal, anda bisa mendapati cahaya surga seperti yang populer di goa jomblang. Sebelum keluar melalui tangga di goa vertikal, kita akan menjumpai sebongkah batu yang bentuknya menyerupai gajah. Ada sebatang pohon yang tumbuh tinggi dari dasar goa hingga ke atas permukaan di pintu vertikal ini. Awesome.

Selepas keluar ke permukaan, kita dapat melanjutkan perjalanan kaki ke watu mabur. Sebuah gardu pandang yang memungkinkan kita untuk melihat perbukitan kapur dan kabut tipis di pagi hari. Tempat ini juga banyak dipakai oleh muda-mudi untuk mendirikan tenda menanti matahari terbit. Jadi, kapan ke Bantul?

Author’s Note:

*goa gajah masih belum terkenal di media massa, jadi saat berkunjung ke sana, Anda bisa jadi satu-satunya wisatawan yang berkunjung. Enjoy it, Feel the mystical atmosphere inside.

*biaya guide seikhlasnya saja. Tetapi kemarin saya beri Rp20.000.

*bawa bekal lebih disarankan, cukup sulit mencari warung yang kita mau di sepanjang jalan.

*desa wisata lemahbang juga punya banyak atraksi wisata lho, coba cek di google.   
Papan Informasi di depan pintu horizontal


gajah
zubat everywhere
pintu horizontal yang terang benderang

No comments:

Post a Comment