Sebagai ikon Lombok, Pantai Senggigi memiliki segalanya. Akses yang mudah, Pemandangan yang indah, Makanan yang murah, Penginapan yang mewah, dan Penduduk yang ramah. Ah, Tuhan terlalu baik menganugerahi Lombok dengan Senggiginya yang terlampau sempurna.
Setiap sore, selepas
sholat Ashar, ketika saya di Mataram, menanti matahari tenggelam di kawasan
Pantai Senggigi adalah agenda rutin saya. Ada banyak spot yang bisa digunakan
untuk menyaksikan matahari tenggelam di lautan. Dari atas bukit maupun di pasir
pantainya langsung. Dari atas, nyiur melambai mengikuti kencangnya angin yang
berhembus. Di seberang lautan terpampang puncak tertinggi pulau Dewata, Gunung
Agung. Di samping kanan, tiga gili, Air, Meno, dan Trawangan tampak seperti
kapal besar yang sedang melepas jangkar, berhenti bergerak. Menjelang magrib, lautan
berubah drastis dari biru muda, ungu, kuning, jingga, dan terakhir hitam
mengikuti warna cakrawala. Memberikan siluet akan setiap foto yang diambil membelakangi
matahari. Beberapa orang sibuk dengan kameranya sementara sisanya takjub dalam
diam menyaksikan akhir perjalanan mentari hari itu di Lombok. Menyesap
dalam-dalam pemandangan menakjubkan yang suatu hari nanti bisa dipanggil
kembali dalam kenangan manis yang membahagiakan.
Jaraknya hanya tiga
puluh menit kendaraan motor dari Kota Mataram. Ada juga bis damri yang
mengantarkan dari bandara internasional Lombok Praya sampai Pantai Senggigi
hanya dengan Rp30.000,00. Jalannya lebar dan mulus kendati menelusur
bukit-bukit.
Awalnya saya mengira,
untuk akses semudah itu, pasti Pantai Senggigi akan mirip Legian, Bali, terlalu
ramai. Namun kenyataannya, akhir Desember 2013, daerah Pantai Senggigi cukup
lengang, dengan aktivitas turis asing yang kebanyakan terkonsentrasi di dalam
resor/hotel mewah yang tertutup.
Ketika panas matahari
mulai turun, paculah motor ke utara jika Anda berada di Mataram. Anda tak akan
sendirian, akan ada banyak laron dengan kamera terkalung di leher datang
berduyun-duyun menuju arah matahari yang akan tenggelam di lautan
Pantai Senggigi juga
dibatasi oleh bukit-bukit yang membuat kontur jalannya naik turun layaknya di
pegunungan. Udara pegunungan yang sejuk bercampur dengan udara pantai yang
panas menjadikan kawasan Pantai tersebut tidak terlalu terik di siang hari dan
tidak terlalu dingin di malam hari. Bukit-bukit tersebut bernama “Baun Pusuk”
yang merupakan wilayah konservasi untuk monyet-monyet.
Selain Pantai
Senggigi, Spot yang bisa digunakan untuk cangkrukan menanti matahari terbenam
ada banyak. Di antaranya ada Pantai Nipah, Pantai Pandanan, Bukit Malimbu I,
Bukit Malimbu II, Pura Batu Bolong, dsb. Bisa juga di warung pinggir jalan
sambil menikmati jagung bakar. Pokoknya, sepanjang jalan itu bisa dipakai untuk
menikmati pemandangan matahari terbenam deh.
pantai nipah |
pantai senggigi, dari atas pinggir jalan |
the greater senggigi, teluk yang membawa berkah |
kapal yang melempar jangkar. 3 gili, (dari ki-ka) trawangan, meno, air |
bukit malimbu II, perfect pre wed spot |
pura batu bolong |
the crowd, kumpulan laron |
salam sukses mas sanda aditya, blog nya bagus, senang baca pengalaman pengalaman backpacker anda, nah kalo udah banyak pengalaman gini aku doain bisa punya buku kayak mbak trinity #nakedtraveller.. sip... oiya kalo temen temen ada yang mau backpacker ke lombok, yuk mampir ke blog kami banyak info cara backpacker murah abis ke lombok..
ReplyDeleteterimakasih sudah berkunjung, aamiin, masih harus banyak belajar Mbak. :') salam sukses.
Delete