Dua tahun lalu ketika ke PantaiWediombo, belum saya jumpai papan plang penunjuk jalan ke Pantai Jungwok dari
Pantai Wediombo. Kemarin pun, 01 Maret 2014, nama pantai ini belum banyak
dibicarakan di dunia maya maupun nyata. Saya nemu nama pantai ini dari teman
Gunungkidul yang juga belum pernah ke sana.
Kami, bersembilan teman
sekantor, dengan kereta ekonomi progo, berencana menjenguk rekan kami juga yang
baru punya momongan, Alfaro bin Ridwan, di Wonosari. Kami pikir, tak afdol
rasanya kalau ke Gunungkidul tanpa main ke pantainya yang juara. Seusai acara,
Pukul 16 kami bergegas menuju Pantai untuk menikmati matahari terbenam. Saking
banyaknya pilihan pantai, kami sampai bingung menentukan kemanakah kami akan
menuju.
NP: lorde, team |
Wediombo akhirnya kami pilih
karena teluk di pantai ini sempurna menghadap ke barat sehingga kita bisa
mendapati matahari kembali ke peraduannya tepat di lautan, berbeda dengan
pantai lainnya yang menghadap selatan. Matahari akan tenggelam di balik bukit
atau karang.
Saya selalu suka berkendara
motor di pelosok Gunungkidul dengan jalannya yang mulus dan sepi, anginnya yang
kencang, bukit-bukit kapur yang cantik, dan orang-orang lokal yang selalu
tersenyum balik ketika kita menyapa mereka. Adorable!
Pukul 17 kami sudah sampai di
Pantai Wediombo. Segera kami dirikan tenda sebelum melakukan aktivitas lainnya.
Runyam juga urusannya kalau malam hari tenda belum berdiri. Gelap gulita Fren!
Di pantai ini ada banyak toilet umum yang buka hanya di siang hari. Kalau
malam, hanya kamar mandi di dekat parkiran yang buka. Lumayan jauh dari pantai.
Stunning Sunset |
Pukul 17.30 kami tinggal duduk
santai di pasir dalam diam menunggu sang bola jingga tenggelam di lautan dengan
perlahan. Stunning moment. Saya telah memandangi begitu banyak sunset dan entah
kenapa, tak pernah bosan akan sensasinya.
Terlihat ganteng ya, kalau siluet gini -.-" |
Malam harinya, kami berdesakan
di atas matras sambil makan pisang dan kacang rebus ditemani jutaan gemintang
yang tampak lebih banyak dari biasanya. Kegiatan favorit saat gelap gulita adalah
bercerita horror. Hiii, kasian dong yang besok pagi kebelet duluan.
Air laut yang pasang memaksa
kami memindahkan tenda ke atas karena sudah menyentuh bibir tenda. Setelah itu, kami
putuskan untuk segera tidur demi petualangan lain esok hari.
Benar saja, pukul 4 sebelum
alarm berbunyi, teman tenda sebelah sudah memanggil-manggil minta diantar ke
kamar mandi.
Ketika mengambil wudhu di laut,
air yang sedang surut meninggalkan banyak ikan dan biota lainnya terperangkap
karang. Ah, Indonesiaku, kau memang bukan
lautan tapi kolam susu.
Papan penunjuk di tengah sawah, between Wediombo-Jungwok |
Wediombo's little sister: Jungwok |
Pukul 5 kami mulai berjalan
melalui sawah dan ladang penduduk menuju Pantai Jungwok. Beberapa teman kami
salah kostum dengan memakai celana pendek, padahal banyak ilalang tinggi yang
lumayan gatal. Sekitar 1,5 km sampailah kami di Pantai Jungwok yang saya
deskripsikan sebagai adiknya Pantai Wediombo. Sebuah teluk kecil dengan batuan
karang di sebelah timur dan pulau kecil di sebelah barat. Sayang sekali teluk
ini menghadap ke tenggara sehingga matahari terbit tidak tepat muncul dari samudera,
tapi baru nampak tinggi di atas batuan karang. Seandainya tepat menghadap
timur, kombo sunset dan sunrise yang bisa didapat di satu tempat pasti membuat
duet kakak beradik Wediombo-Jungwok cepat terkenal. Tak apa, pantai yang sepi
ini cukup cantik meski lebih kecil dari Wediombo. Banyak bukit pengamatan yang
ditumbuhi nipah dan pandan di belakang pantai ini. Tampak juga beberapa
pemancing lobster di atas batu karang.
pulau kecil yang dikepung ganasnya ombak Jungwok |
batuan karang di sisi timur yang menghalangi sunrise nya Jungwok |
Pasir pantai Jungwok di sebelah
timur didominasi oleh pecahan cangkang hewan laut, sehingga agak tajam.
Sementara sisanya adalah pasir bulat seperti merica. Ombak yang cukup besar dan
karang yang tajam membuat lecet beberapa tema saya yang nekat mandi di sana.
haram lupa, pose loncat. talent: Rizkamulia dan Ichin |
Puas di Jungwok, kami kembali
ke Wediombo yang sudah tidak surut lagi. Beberapa dari kami berloncatan kembali
mandi di Pantai. Pukul 8 kami bersemangat melipat tenda dan packing demi perut
yang sudah keroncongan dan demi janji ekan kami, Feriwa yang akan menjamu kami
di rumahnya.
Pecah di Jungwok! Pecah di Gunungkidul! Thanks Feriwa, Thanks Alfaro!
dalam setiap perjalanan, jangan pernah lupa untuk pulang |
No comments:
Post a Comment