Sunday 6 April 2014

Pantai Jungwok, Adik Perempuan Pantai Wediombo



Dua tahun lalu ketika ke PantaiWediombo, belum saya jumpai papan plang penunjuk jalan ke Pantai Jungwok dari Pantai Wediombo. Kemarin pun, 01 Maret 2014, nama pantai ini belum banyak dibicarakan di dunia maya maupun nyata. Saya nemu nama pantai ini dari teman Gunungkidul yang juga belum pernah ke sana.
 
Hayooo, pilih kemana?



Kami, bersembilan teman sekantor, dengan kereta ekonomi progo, berencana menjenguk rekan kami juga yang baru punya momongan, Alfaro bin Ridwan, di Wonosari. Kami pikir, tak afdol rasanya kalau ke Gunungkidul tanpa main ke pantainya yang juara. Seusai acara, Pukul 16 kami bergegas menuju Pantai untuk menikmati matahari terbenam. Saking banyaknya pilihan pantai, kami sampai bingung menentukan kemanakah kami akan menuju.
NP: lorde, team

Wediombo akhirnya kami pilih karena teluk di pantai ini sempurna menghadap ke barat sehingga kita bisa mendapati matahari kembali ke peraduannya tepat di lautan, berbeda dengan pantai lainnya yang menghadap selatan. Matahari akan tenggelam di balik bukit atau karang.

Saya selalu suka berkendara motor di pelosok Gunungkidul dengan jalannya yang mulus dan sepi, anginnya yang kencang, bukit-bukit kapur yang cantik, dan orang-orang lokal yang selalu tersenyum balik ketika kita menyapa mereka. Adorable!

Pukul 17 kami sudah sampai di Pantai Wediombo. Segera kami dirikan tenda sebelum melakukan aktivitas lainnya. Runyam juga urusannya kalau malam hari tenda belum berdiri. Gelap gulita Fren! 

Di pantai ini ada banyak toilet umum yang buka hanya di siang hari. Kalau malam, hanya kamar mandi di dekat parkiran yang buka. Lumayan jauh dari pantai.

Stunning Sunset
Pukul 17.30 kami tinggal duduk santai di pasir dalam diam menunggu sang bola jingga tenggelam di lautan dengan perlahan. Stunning moment. Saya telah memandangi begitu banyak sunset dan entah kenapa, tak pernah bosan akan sensasinya.
Terlihat ganteng ya, kalau siluet gini -.-"

Malam harinya, kami berdesakan di atas matras sambil makan pisang dan kacang rebus ditemani jutaan gemintang yang tampak lebih banyak dari biasanya. Kegiatan favorit saat gelap gulita adalah bercerita horror. Hiii, kasian dong yang besok pagi kebelet duluan.

Air laut yang pasang memaksa kami memindahkan tenda ke atas karena sudah menyentuh bibir tenda. Setelah itu, kami putuskan untuk segera tidur demi petualangan lain esok hari.

Benar saja, pukul 4 sebelum alarm berbunyi, teman tenda sebelah sudah memanggil-manggil minta diantar ke kamar mandi.

Ketika mengambil wudhu di laut, air yang sedang surut meninggalkan banyak ikan dan biota lainnya terperangkap karang. Ah, Indonesiaku, kau memang bukan lautan tapi kolam susu.

Papan penunjuk di tengah sawah, between Wediombo-Jungwok
Wediombo's little sister: Jungwok
Pukul 5 kami mulai berjalan melalui sawah dan ladang penduduk menuju Pantai Jungwok. Beberapa teman kami salah kostum dengan memakai celana pendek, padahal banyak ilalang tinggi yang lumayan gatal. Sekitar 1,5 km sampailah kami di Pantai Jungwok yang saya deskripsikan sebagai adiknya Pantai Wediombo. Sebuah teluk kecil dengan batuan karang di sebelah timur dan pulau kecil di sebelah barat. Sayang sekali teluk ini menghadap ke tenggara sehingga matahari terbit tidak tepat muncul dari samudera, tapi baru nampak tinggi di atas batuan karang. Seandainya tepat menghadap timur, kombo sunset dan sunrise yang bisa didapat di satu tempat pasti membuat duet kakak beradik Wediombo-Jungwok cepat terkenal. Tak apa, pantai yang sepi ini cukup cantik meski lebih kecil dari Wediombo. Banyak bukit pengamatan yang ditumbuhi nipah dan pandan di belakang pantai ini. Tampak juga beberapa pemancing lobster di atas batu karang.
pulau kecil yang dikepung ganasnya ombak Jungwok
batuan karang di sisi timur yang menghalangi sunrise nya Jungwok
 Pasir pantai Jungwok di sebelah timur didominasi oleh pecahan cangkang hewan laut, sehingga agak tajam. Sementara sisanya adalah pasir bulat seperti merica. Ombak yang cukup besar dan karang yang tajam membuat lecet beberapa tema saya yang nekat mandi di sana.

haram lupa, pose loncat.
talent: Rizkamulia dan Ichin
Puas di Jungwok, kami kembali ke Wediombo yang sudah tidak surut lagi. Beberapa dari kami berloncatan kembali mandi di Pantai. Pukul 8 kami bersemangat melipat tenda dan packing demi perut yang sudah keroncongan dan demi janji ekan kami, Feriwa yang akan menjamu kami di rumahnya.

Pecah di Jungwok! Pecah di Gunungkidul! Thanks Feriwa, Thanks Alfaro!
dalam setiap perjalanan, jangan pernah lupa untuk pulang

No comments:

Post a Comment