Wednesday 2 January 2013

Semeru Hari 2: Oro-Oro Ombo –Arcapadha


Kampanye anti sampah
Ranu Kumbolo 23 Des
Setelah 10,5 km (5 jam tempuh) kemarin, 23 Desember pukul 9 pagi kami siap packing dari Ranu Kumbolo. Rasanya tidak tega meninggalkan tempat yang sangat indah ini. Apalagi setelah mentari muncul dan kabut-kabut mulai naik, terlihat bahwa danau ini cantik tanpa pengecualian!


Team, yeah team!
Tanjakan sengsara, eh cintaaaa
Tapi kami harus buat perhitungan. Setelah membawa bekal air secukupnya (karena di atas tidak ada lagi Sumber Air selain Sumber Mani yang jaraknya 1 jam tempuh PP dari kalimati), kami mulai mendaki tanjakan (yang populer dengan nama) cinta (padahal cocoknya diberi nama "tanjakan sengsara"). Mitosnya, siapapun yang bisa jalan sampai puncak bukit tanpa menoleh ke belakang, cintanya bakal langgeng. Duh, saya sih nggak percaya begituan (jomblo detected, haha, hiks), jadi saya nengok Ranu Kumbolo berkali-kali. Habis, makin cantik saja danau itu dari atas (alibi!).

Selesai tanjakan, Kami dihadapkan pada turunan ekstrem bukit yang mengepung Oro-Oro Ombo. Sebetulnya bisa sih melipir bukit yang jalannya tidak ekstrem, tapi lebih jauh. Oro-Oro Ombo adalah Padang Sabana yang (hampir) homogen vegetasinya. (katanya) Ini adalah salah satu Padang Sabana tercantik di gunung Pulau Jawa.

Sabana Oro-Oro Ombo,
ternak sapi di sini gemuk pasti. #penting
Setelah Sabana 2,5 km nya berakhir, kami dihadapkan pada hutan bervegetasi cemara yang dinamakan “Cemoro Kandang”. Banyak pohon tumbang bekas terbakar letusan Semeru beberapa tahun lalu. Kalau dipikir-pikir, ini mirip lokasi syutingnya film Twilight. Rutenya mayoritas menanjak sepanjang 3 km.

Sampai Jambangan baru jalannya mendatar. Di Jambangan, Anda baru bisa melihat Mahameru (untuk pertama kalinya) yang hampir kerucut sempurna seperti visualisasi anak TK terhadap gunung pada umumnya. Jambangan adalah padang rumput yang banyak dijumpai pohon perdu dan edelweiss putih. Hap hap, sedikit lagi *sugesti

Mahameru, dari Jambangan
Selepas 2 km Jambangan, Anda melalui Kalimati. Banyak pendaki yang memilih camp di sini sebagai titik awal summit attack nanti malam. Sisanya memilih di Arcapadha. Keuntungan/ Perbandingan masing-masing tempat camp adalah:

Kalimati
Arcapadha
Ada Sumber Mani sebagai tempat mengambil air.
Tidak ada, jadi yang mau camp di sini harus bawa air cukup sampai besok.
Tanahnya lapang, sehingga bisa menampung banyak tenda
Sedikit sekali tanah lapang
Dataran yang luas
Sempit dan mudah longsor (kata peringatannya sih)
Jauh dari Plawangan (batas vegetasi)
 Sudah Dekat Plawangan

Papan nama, Dead River, muhaha
Kalimati, sesuai namanya, adalah jalur sungai yang sudah mati. Hanya saat hujan deras dan Semeru meletus saja Kalimati ini terisi material. Kami istirahat sejam di Kalimati ini sebelum naik ke Arcapadha. Jarak Kalimati ke Archapada hanya 1,2 km. Jadi saya pikir akan cepat saja sampai di sana.

Rupanya jalannya ekstrim. Naik terus dengan tanah licin dan blank 75 (jurang sedalam 75 m) menganga di sebelah kiri. Di Blank 75 itulah konon banyak pendaki yang tersesat. Beruntung banyak tanaman cemara plus akar-akarnya yang bisa buat pegangan. Duh, hampir jam 2 kami baru sampai di tempat camp. Ini adalah rute terberat saya hari ini.

Usai sampai, kami segera mendirikan tenda karena gerimis sudah turun. Nasi dimasak, dan setelah kenyang kami masuk tenda. Walau hujan deras, kami cukup hangat meringkuk tidur siang di dalam sleeping bag. Jam 20, kami baru bangun karena di luar gaduh. Rupanya para pendaki lain sedang bersiap memasak makan malam. Kami pun juga bergegas memasak dan segera tidur lagi karena nanti tengah malam kami akan summit attack ke puncak Mahameru.    

Previous Story:
Semeru Hari 1: Ranu Pane-Ranu Kumbolo

Next Story:
Semeru Hari 3: Mahameru
Semeru Hari 3 (2): Ayak-ayak

You might also like:
Laporan Biaya Pendakian Semeru
Survival Kit Mahameru    

No comments:

Post a Comment