Monday 21 November 2011

Sekeping Cerita, Kereta Ekonomi

Sekeping Cerita, Kereta Ekonomi

Anda hendak bepergian tapi budget Anda terbatas? Akibatnya, alternative yang dapat Anda pilih juga terbatas. Semua menjadi serba ekonomi. Mulai bis ekonomi (semacam kopaja), motor ekonomi (pinjam teman), kereta ekonomi, dan pesawat ekonomi. Eits, yang terakhir kayaknya enggak masuk alternative deh. Soalnya semurah apapun pesawat, kayaknya masih di atas Rp 100 ribu.
Untuk jarak jauh, semisal lintas pulau/provinsi, alternative minjam motor teman dan kopaja menjadi kurang etis dan estetis. Lagipula mana ada kopaja ke jawa? (baca: jawa tengah, jogja, dan jawa timur).
Sekarang alternatifnya tinggal kereta ekonomi toh?
Mungkin banyak dari Anda yang sering mendengar cerita seram tentang pengalaman orang-orang yang naik kereta ekonomi, tapi jika boleh jujur, saya telah mengalami lebih dari tiga puluh kali bolak-balik Jakarta-Mojokerto-Surabaya naik kereta ekonomi dan Alhamdulillah, saya selalu diberi keselamatan olehNya tanpa kekurangan suatu apapun. Bahkan hampir selalu membawa sekantung penuh oleh-oleh khas dari atas kereta dan tentu saja, yang tak ternilai harganya adalah pengalaman berharga. Pengalaman apa? Donny Darmawan, dalam bukunya 5 cm berujar bahwa kereta ekonomi dan isinya adalah potret nyata bagaimana bangsa ini. Ratusan orang dengan berbagai karakter dan motif berada di sana. Mereka bercerita, mereka mengeluh, dan mereka berbagi tentang kisah hidupnya, anaknya, istri/suaminya, dan mungkin, tetangganya. Luar biasa, tentu.  
Tertarik? Berikut ini beberapa kereta api ekonomi yang pernah saya tumpangi beserta rute perjalanannya.
 
- Gaya Baru Malam Selatan (GBMS), harga Rp33.500,00 (oktober 2011). Rute: Jakarta Kota-Cirebon-Purwokerto-Jogja-Solo-Madiun-Mojokerto-Surabaya Gubeng. Boleh saya katakan, inilah kereta ekonomi paling ekonomis kalau kita bandingkan antara harga dengan panjang trayek yang ditempuh. Kereta ini melintasi jalur selatan pulau Jawa seusai dari stasiun Prujakan Cirebon. Berangkat dari stasiun Senen pukul 12.20 dan sampai di Mojokerto biasanya pukul 3.00 dini hari. Kalau dari Mojokerto, kereta ini berangkat pukul 14.40 dan tiba pukul 6.45 pagi di Senen. Menurut saya, kereta ini paling cocok dan nyaman dipakai untuk bepergian, sebab, kita menghabiskan waktu di kereta (yang kata orang-orang panas/pengap) saat malam hari. Hawa dingin di luar dapat sedikit menetralisir udara panas yang terjebak dalam gerbong. Top Recommended!

- Kutojaya Utara, harga Rp28.000,00 (oktober 2011). Rute: stasiun tanah abang-cirebon-purwokerto-gombong-kebumen-kutoarjo. Berangkat dari stasiun Tanah Abang pukul 7.00 pagi. Menurut saya, timingnya agak kurang pas kalau dipakai bepergian. Pertama, karena Jakarta luar biasa macet kalau pagi, susah kalau mau mengejar kereta ini dengan kondisi macetnya Jakarta, jadi mesti bangun sebelum subuh dan berangkat mengejar komuter pukul 5 pagi dari serpong, malas kan? Kedua, Anda akan mendapati perjalanan siang hari. Sangat gerah pasti. Apalagi kalau cuaca cerah, dipadu dengan penuhnya kursi kereta, plus banyak perokok aktifnya. Cobaan! Namun keunggulannya adalah, Anda bisa menikmati panorama alam yang indah setelah stasiun Cirebon, yakni daerah Tegal, Bumiayu, Purwokerto, sampai Kebumen yang (menurut saya) indah sekali. Hal ini tidak didapatkan kalau kita naik kereta malam. Selain itu, bagi Anda yang tidak ingin sampai Kutoarjo/Jogja sebelum hari gelap, kereta ini cocok karena sampai di sana sekitar pukul 17.00. Overall, better choose another one.

-Sri Tanjung, harga Rp35.000,00 (oktober 2011). Salah satu teman saya berceletuk, inilah kereta wisata Indonesia. Maksudnya, kereta ini ditujukan bagi para pelancong atau backpacker yang ingin berwisata ke Bali. Kereta ini adalah pasangan dari kereta Progo dan Logawa. Saya katakan demikian karena kereta ini hampir selalu berangkat setelah kedua kereta itu datang di Lempuyangan. Jadi, Sri Tanjung baru berangkat dari stasiun Lempuyangan Jogja setelah Progo dan Logawa tiba, sekitar pukul 7.30. Rutenya adalah Lempuyangan-Madiun-Mojokerto-Surabaya Gubeng-Sidoarjo-Pasuuan-Probolinggo-Jember-Banyuwangi. Ya, terakhir di stasiun Banyuwangi Baru, yang hanya terletak beberapa puluh meter dari ASDP Ketapang, penyeberangan ke pulau Bali. Kereta ini adalah pilihan utama, dan mungkin satu-satunya, kalau ingin backpackingan dari Jawa Tengah atau Jawa Barat ke Bali. Biasanya masih lengang sampai Madiun, tapi setelahnya bisa sangat ramai mengangkut penumpang yang akan turun di Jember dan sekitarnya. Harap sabar juga, karena meski kelihatan kecil di peta, tapi Jawa Timur ternyata sangat panjang membentang dari Ngawi sampai Banyuwangi. Ketika sampai di Surabaya Gubeng, pukul 16.30, Anda akan sedikit bosan melihat papan informasi yang berisi tulisan “324kmßJogjakarta----Banyuwangià325km”. Masih setengah perjalanan! Kira-kira sampai di Banyuwangi pukul 23.00. 16 jam perjalanan. Namun, demi Bali, boleh lah…

-Progo, harga Rp30.000,00 (Ramadhan 1432H). Ini adalah kereta terakhir menuju Jogja dari Jakarta Pasar Senen. Mengakhiri perjalanan di Lempuyangan sekitar pukul 7.45, kereta ini berangkat pukul 21.00. Biasanya merupakan alternative bagi para penumpang yang telah ketinggalan kereta Gaya baru, Kertajaya, atau Matarmaja. Cocok juga bagi Anda para pekerja/mahasiswa yang hari itu masih masuk kerja/kuliah sampai pukul 17.00 misal. Kalau tujuan Anda Jawa Timur, sebaiknya turun melanjutkan dengan Sri Tanjung.

-Bengawan, harga Rp35.000 (oktober 2011). Mirip dengan Progo yang berangkat dari Stasiun Pasar Senen, Bengawan berangkat dari Stasiun Tanah Abang pukul 19.30 dan mengakhiri perjalanan di Solo Jebres. Bengawan tiba di Lempuyangan sekitar pukul 6.00. Progo dan Bengawan sama-sama kereta malam yang memiliki keunggulan tidak terlalu panas di dalamnya. Namun, kereta ini agak mahal bila dibandingkan dengan kereta ekonomi jarak jauh lainnya tujuan Jawa Timur seperti Gaya baru dan Kertajaya.

-Matarmaja, harga Rp43.500 (oktober 2011, hanya sampai Kertosono). Rutenya adalah Jakarta Pasar Senen-Cirebon Prujakan-Tegal-Pemalang-Semarang-Solo-Madiun-Kertosono-Blitar-Malang. Kereta ini melintasi setengah jalur utara pulau Jawa sampai Semarang, lalu menuju ke selatan ke Solo Jebres. Setelah Solo, menuju Kertosono dan di Kertosono, belok ke Selatan menuju Blitar untuk mengakhiri perjalanan di stasiun Malang. Cocok bagi backpacker yang ingin ke Bromo atau Malang.  Berangkat pukul 14.00 biasanya sampai di Kertosono subuh.

Kalau tadi selalu cerita tentang kereta ekonomi jarak jauh, kali ini ada sedikit pengalaman kereta trayek pendek. Kereta-kereta ini biasanya ada di kota-kota besar dan hinterland nya. Tujuan utama tentu untuk memfasilitasi mobilitas para penduduk yang dari dan akan ke kota tersebut.

-KRD (Kereta Rapi Dhoho), Kertosono-Surabaya kota, harga Rp2.000,00 (November 2011). Meskipun jaraknya sangat dekat, tapi jumlah stasiun kecil yang dilalui dan berhenti sangat banyak, hampir menyamai jumlah stasiun dari Jakarta-Surabaya. Membosankan! Sangat penuh sesak. Sepertinya memang petugas stasiun tidak embatasi jumlah penumoang yang dinaikkan. Berangkat dari Kertosono pukul 04.46, baru sampai di Mojokerto pukul 7.00, mungkin di Surabaya pukul 8.00 lebih.
-Kalau yang lainnya seperti Prameks (Rp10.000,00 rute Kutoarjo-Jogja Tugu-Klaten), Surokerto (Rp3.500,00 rute Surabaya Pasar Turi-Mojokerto), dan KRL ekonomi AC (Rp6.000,00 rute Jabodetabek) punya karakteristik yang sama. Hampir selalu penuh, tempat duduk berhadap-hadapan seperti Bus TransJakarta, dan punya banyak jadwal keberangkatan.

PEMBELIAN TIKET
Saya tidak tahu apakah PT KAI sedang menggalakkan reformasi atau tidak, tapi yang jelas pelayanan mereka sungguh memuaskan akhir-akhir ini (terutama pasca Ramadhan 1432 H). Salah satunya terlihat melalui mekanisme pengaturan penumpang. Kalau dulu, penumpang ekonomi harus lekas2 berangkat dan antri di pagi hari-H, tapi sekarang tiket kereta ekonomi bisa dipesan sejak H-7. Belilah di loket resmi kereta dengan terlebih dulu mengisi form yang disediakan di depan loket. Tidak ada charge pemesanan.
Jumlah kursi yang dijual hanya 100%, berbeda dengan dulu yang mencapai 150% atau lebih. Jadi, sekarang normalnya, tidak ada lagi yang berdiri atau duduk-duduk di koridor kereta. Sangat nyaman dan tertib. Hanya penumpang yang bawa tiket saja yang bisa masuk peron. Pengantar tidak diperkenankan masuk dan memang, tidak dijual lagi tiket pengantar untuk mengantisipasi penumpang gelap.

SEBELUM NAIK
Sebelum naik, pastikan semua barang bawaan Anda tidak tertinggal. Bagi Anda yang Muslim, sebaiknya menjamak dulu sholat Anda yang memungkinkan di mushola stasiun keberangkatan meskipun air selalu lancar di toilet gerbong kereta.
Sebaiknya belilah makanan ringan, minuman, ataupun bekal makanan berat dari luar kereta, entah di warung stasiun, atau dari rumah. Kenapa? Selain mengantisipasi isu-isu gendam dan hipnotis melalui makanan dari orang asing yang marak belakangan ini, juga untuk menjamin kebersihannya. Masakan sendiri/ warung makan relatif lebih baik kualitasnya. Oh ya, sering juga rekan-rekan saya tertipu ketika beli makan di atas kereta, missal nasinya agak basi atau lauk yang ditunjukkan, berbeda dengan yang diberikan.
Akan tetapi, kalau tidak mau repot, boleh saja beli di atas kereta. Jangan malu untuk menjadi cerewet atau selektif memilih penjual makanan di atas kereta. Dan penting, cobalah selalu menawar terlebih dahulu.

DI ATAS KERETA-AWAL NAIK
Taruhlah barang bawaan Anda tepat di atas tempat duduk Anda sehingga mudah diawasi. Kalau bisa talikan tas Anda dengan kisi-kisi teralis untuk mengantisipasi kalau Anda tertidur. Tidak ada salahnya Anda menyapa penumpang samping dan depan Anda. Orang Indonesia, seperti saya dan Anda, ramah kok… Biasanya, kalau sudah nyambung, pembicaraan dengan orang-orang baru itu akan sangat seru dan tak ada habisnya. Ada saja topic yang dibahas. Ini asyiknya kereta ekonomi.

DI ATAS KERETA-PERTENGAHAN-SAAT MALAM
Jangan lupa bawa jaket kalau naik kereta malam sebab hawa dingin di luar begitu menusuk, sangat bisa membuat Anda masuk angin. Jika bepergian beramai-ramai, usahakan selalu ada satu atau dua orang yang berjaga mengawasi barang bergantian. InsyaAllah aman kok. Tiap beberapa menit juga selalu ada polisi stasiun yang melintas antar gerbong.

CLOSING STATEMENTs
Dengan harga tiket ekonomi hanya sepersepuluh kereta eksekutif (contohnya Bima, Rp290.000,00 (Juli 2011) rute Gambir-Surabaya Gubeng), seharusnya pelayanan, kenyamanan, dan keamanannya juga sepersepuluhnya Bima kan? Namun, saya rasa tidak jauh berbeda kok. Serius!
Ada cerita teman, yang pertama kali naik kereta (kebetulan ekonomi juga), langsung kehilangan HP dan dompet. Ada juga teman lainnya, yang empat kali naik kereta ekonomi, empat kali juga ia harus ganti HP setelahnya karena selalu kehilangan HP di kereta. Ya, cerita seperti itu memang ada, tapi sangat minor. Contohnya saya, puluhan kali naik kereta ekonomi, Alhamdulillah, baik-baik saja. Tinggal bagaimana kita menjaga dan mempersiapkan perjalanan kita agar lebih menyenangkan sebelum, saat, maupun setelahnya.
Kereta ekonomi adalah asset berharga bangsa Indonesia, Taman Mini Berjalan Indonesia. Mari kita jaga dan gunakan dengan bijak.
Selamat mencoba!

No comments:

Post a Comment