Aku meletakkannya di ujung meja,
getar pintu mengantarkannya.
Menjadi dua,
tiga,
dan pecah.
Aku mengucapkannya dengan gempita,
mengubah lesung pipinya,
dari keramaian.
Menjauh,
dan pergi.
Aku membuatkannya puisi-puisi,
berbinar saat itu juga.
Juga dia (perempuan), dan dia (perempuan).
Berhenti ia,
menunggu,
dan meragu lagi.
Aku melawatinya lagi,
sumur tua yang menimbun dedaunan.
Jatuh terpuruk.
Menangis lagi di ujung sana.
Kemarin aku menyesalinya.
Sekarang aku sedang sadar merencanakannya.
Pemberhentian itu kulewati
lagi.
getar pintu mengantarkannya.
Menjadi dua,
tiga,
dan pecah.
Aku mengucapkannya dengan gempita,
mengubah lesung pipinya,
dari keramaian.
Menjauh,
dan pergi.
Aku membuatkannya puisi-puisi,
berbinar saat itu juga.
Juga dia (perempuan), dan dia (perempuan).
Berhenti ia,
menunggu,
dan meragu lagi.
Aku melawatinya lagi,
sumur tua yang menimbun dedaunan.
Jatuh terpuruk.
Menangis lagi di ujung sana.
Kemarin aku menyesalinya.
Sekarang aku sedang sadar merencanakannya.
Pemberhentian itu kulewati
lagi.
No comments:
Post a Comment