adalah kelanjutan dari>> memburu-sunrise-di-kerajaan-majapahit.
8.00, Makam Troloyo
Ini sebenarnya bukan termasuk situs
Majapahit tetapi sedari tadi, banyak bis lalu lalang menuju kompleks Makam yang berlokasi di
Ds. Sentonorejo ini. Jadi, saya penasaran.
Untuk ukuran makam, tempat ini sangat
luas dan mewah. Ada pendopo, masjid, pohon-pohon besar, toilet, dan tentu saja,
makam (dengan nisan) bersarung. Sepagi ini sudah ratusan peziarah memadati kompleks
makam ini. Jauh lebih ramai ketimbang pasar. Yang paling ramai ya Makam Syekh
Djumadil Kubro.
makam Syekh Djumadil Kubro |
Makam yang lebih rame daripada masjid *tepokjidat |
8.30, Situs Lantai Segi Enam,
Candi Kedaton, & Umpak Batu
Letaknya ketiganya berdekatan.
Situs lantai segi enam adalah kompleks pemukiman zaman Majapahit yang banyak
ditemukan ubin berbentuk segi enam sejumlah kurang lebih 140 buah. Seperti
paving jaman sekarang.
Candi Kedaton pun sama seperti
situs lantai segi enam. Namun areanya jauh lebih luas. Terletak 2 meter di
bawah permukaan tanah. Penggalian situs ini belum selesai dan berhenti
sementara sambil menunggu anggaran turun. Dinamakan Candi karena di samping
penggalian tadi, ada sebuah pondasi batu bata yang mirip pelataran candi.
the site, Umpak Batu |
The Lost City, Kedaton |
Menuju Umpak Batu hanya perlu
menyeberang pagar Candi Kedaton. Berupa susunan batu utuh yang (diperkirakan)
merupakan pondasi dari sebuah gazebo/ rumah panggung membuat kita menerka-nerka, seperti apakah model bangunan yang dulu ada di atasnya.
Situs Segi enam, mirip paving 7 abad lampau |
9.00, Museum Majapahit (Pusat
Informasi Mojopahit/ PIM)
Usai membayar parkir Rp 3.000,00,
saya mengelilingi halaman Museum ini. Karena hari Minggu, bangunan inti (tempat
diorama) nya tutup. Namun, sekalipun demikian, Museum ini memamerkan artefak, arca,
prasasti, dan peninggalan sejarah lainnya di halaman belakang. Banyak temuan
penting dipamerkan tanpa pelindung apapun, jadi, banyak petugas BP3 Jatim berjaga di sana untuk mencegah perusakan yang
tak disengaja oleh pengunjung.
balkon pengamatan di PIM |
Kota Majapahit, dulu |
Sekumpulan ganesha |
kira-kira, GWK di Bali kalau sudah jadi bakal seperti ini |
prasasti dimana-mana |
Yang menarik, ada kompleks ekskavasi
yang sudah beratap modern dan ada loteng pengamatan dari atas. Tampak
keseriusan pemerintah dalam menggali potensi penemuan situs kota Majapahit.
9.45, Candi Menak Jinggo
Agak menyeramkan menuju candi ini
karena di sini kabarnya ditemukan kepala Minak Jinggo sementara badannya
ditemukan di Blambangan dalam perintah Ratu Ayu Kencono Wungu yang membuat
sayembara agar dapat mengalahkan Minak Jinggo demi mencegah ia meminangnya.
Dhamarwulan pun berhasil melaksanakannya. Untuk selengkapnya, cari di google,
Legenda Dhamarwulan.
Saya nyasar cukup jauh karena
minimnya papan informasi. Candi ini tak banyak berbeda dengan Candi Kedaton dan
situs pemukiman lainnya, di bawah permukaan tanah, saya hanya bisa melihat
susunan batu.
Situs Menak Jinggo, batu andesit |
Yang unik, candi ini adalah satu-satunya candi yang bahannya dari
batu andesit. Mungkin kalau sudah selesai penggaliannya, candi ini akan indah.
10.30, Makam Panjang dan Makam
Putri Ceumpa
Yang berjudul makam justru lebih
ramai pengunjungnya. Kata juru kuncinya, sebetulnya di trowulan ini tidak ada
makam (orang yang dikubur). Termasuk makam panjang ini. Logikanya, Majapahit
kan kerajaan Hindu Budha, jadi mayatnya pasti dikremasi/ dibakar lalu abunya dilarung
ke sungai/laut dan sebagian disimpan di candi.
Yang dimaksud makam lebih
tepatnya adalah petilasan/ tempat singgah.
Makam panjang sendiri merupakan
gudang penyimpanan senjata kerajaan yang mulai dikultuskan orang-orang sejak
tahun 90 an.
Makam Panjang, aslinya gudang senjata lho |
Makam Putri Ceumpa |
Makam Putri Ceumpa, tempat
singgah Putri Ceumpa di Majapahit. Sesederhana itu pemahaman saya. Namun, kita
tidak tahu orang-orang itu maksud dan tujuannya kan berbeda-beda dengan datang
ke makam-makam ini. Bahkan sampai menginap segala. Wallohualam.
Masih ada beberapa tempat lagi
yang belum saya sambangi, Candi Brahu, Siti Inggil, dan Yoni Klinterejo. Lain
waktu mungkin.
Saya sudah sempat berkunjung ke Trowulan tapi belum bisa mengunjungi semua peninggalan-peninggalan bersejarah di sana
ReplyDeletewah, harus meluangkan waktu untuk mengunjungi kampung halaman saya itu Bro... :D
Delete