Ketika kuliah, kami sudah terbiasa “dipisahkan” dengan
teman-teman kami. Tiap semester, melalui
SK kepala BPPK, ada saja beberapa yang harus Drop Out. Sedih? Tentu saja.
Betapa hampa melihatnya membawa tas besar meninggalkan kosan dan pamitan kepada
kami, yang tersisa?
Paling parah adalah saat menjelang kelulusan. Rasanya
menyesakkan sekali berpisah setelah tiga tahun menghadapi ujian dan kegalauan
bersama-sama. Badminton, Kuliah, Tentir, termasuk mbolang Jakarta.
Setelah lulus, apakah masalah selesai?
Oh, tidak. Perjalanan baru saja dimulai, Nak. Siapkan mental
Anda. Pertama, pengumuman instansi yang tentu saja berbeda-beda. Ini secara
tidak langsung mengerucutkan teman akrab Anda menjadi “teman-teman se-instansi”
saja. Kedua, pengumuman lokasi magang. Memasuki kantor baru, dengan orang-orang
dan watak baru, membuat Anda harus berusaha ekstra beradaptasi dengan kebiasaan
teman-teman yang baru pula. It’s hard, true.
Lalu, ketika Anda mulai menemukan zona nyaman, gossip-gosip
mutasi berhembus. Katanya besok, besok lusa, besok lusanya lagi, sampai Anda
bosan dan lupa dengan sendirinya. Sepertinya tidak jadi. Kembali Anda merasa “everything
alright”.
Dan di pagi yang cerah, ibu-ibu berkumpul di bawah mesin
absensi finger print. Saling berpelukan, beberapa sesenggukan, dan sekilas
terlihat hidung dan pipinya memerah. Saya, anak magang, masih, mencuri pandang
dengan heran.
Begitu menyalakan PC, ada notifikasi upload SK mutasi
semalam. Ya Allah, déjà vu rasanya. Seperti di kampus dulu. Tak lama kemudian
acara pamit-pamitan dilakukan di kantor. Sekarang, saya, anak magang, tidak
lagi memandang dengan heran. Saya sudah paham, seumur hidup kami akan
berinteraksi banyak-banyak dengan tissu dan tangis perpisahan.
Saran saya, bertemanlah di permukaan, jangan berlebihan
apalagi melibatkan perasaan. Sadari bahwa sistem instansi ini meminta kita
untuk punya hati yang tegar dan tidak cengeng.
Namun, saya pribadi sih tidak terlalu yakin dengan keabsahan
saran tersebut, sebab saya sendiri belum bisa. Wanna try?
Terpenting, salah sendiri pilih STAN.
Wish Us all the best.
dalem san..
ReplyDeleteiya Riq. cuma mau sedikit menyadarkan bahwa "tidak selamanya STAN itu kampus utopia" seperti bayangan kebanyakan murid SMA.
Delete