Wednesday 6 June 2012

Salah Sendiri Pilih STAN (2)


Ketika kuliah, kami sudah terbiasa “dipisahkan” dengan teman-teman kami.  Tiap semester, melalui SK kepala BPPK, ada saja beberapa yang harus Drop Out. Sedih? Tentu saja. Betapa hampa melihatnya membawa tas besar meninggalkan kosan dan pamitan kepada kami, yang tersisa?

Paling parah adalah saat menjelang kelulusan. Rasanya menyesakkan sekali berpisah setelah tiga tahun menghadapi ujian dan kegalauan bersama-sama. Badminton, Kuliah, Tentir, termasuk mbolang Jakarta.
Setelah lulus, apakah masalah selesai?

Oh, tidak. Perjalanan baru saja dimulai, Nak. Siapkan mental Anda. Pertama, pengumuman instansi yang tentu saja berbeda-beda. Ini secara tidak langsung mengerucutkan teman akrab Anda menjadi “teman-teman se-instansi” saja. Kedua, pengumuman lokasi magang. Memasuki kantor baru, dengan orang-orang dan watak baru, membuat Anda harus berusaha ekstra beradaptasi dengan kebiasaan teman-teman yang baru pula. It’s hard, true.

Lalu, ketika Anda mulai menemukan zona nyaman, gossip-gosip mutasi berhembus. Katanya besok, besok lusa, besok lusanya lagi, sampai Anda bosan dan lupa dengan sendirinya. Sepertinya tidak jadi. Kembali Anda merasa “everything alright”.

Dan di pagi yang cerah, ibu-ibu berkumpul di bawah mesin absensi finger print. Saling berpelukan, beberapa sesenggukan, dan sekilas terlihat hidung dan pipinya memerah. Saya, anak magang, masih, mencuri pandang dengan heran.
Begitu menyalakan PC, ada notifikasi upload SK mutasi semalam. Ya Allah, déjà vu rasanya. Seperti di kampus dulu. Tak lama kemudian acara pamit-pamitan dilakukan di kantor. Sekarang, saya, anak magang, tidak lagi memandang dengan heran. Saya sudah paham, seumur hidup kami akan berinteraksi banyak-banyak dengan tissu dan tangis perpisahan.

Saran saya, bertemanlah di permukaan, jangan berlebihan apalagi melibatkan perasaan. Sadari bahwa sistem instansi ini meminta kita untuk punya hati yang tegar dan tidak cengeng.
Namun, saya pribadi sih tidak terlalu yakin dengan keabsahan saran tersebut, sebab saya sendiri belum bisa. Wanna try?

Terpenting, salah sendiri pilih STAN.

Wish Us all the best.       

2 comments:

  1. Replies
    1. iya Riq. cuma mau sedikit menyadarkan bahwa "tidak selamanya STAN itu kampus utopia" seperti bayangan kebanyakan murid SMA.

      Delete