Thursday 5 April 2012

Cemoro Lawang: 2


Usai mencapai kata sepakat dengan pemilik penginapan, kami bergegas menuju ke sana. Berharap mendapatkan sedikit kehangatan, malah mendapati dinginnya lantai keramik yang menggigit. Sinaga dengan bangga memamerkan kaos kaki tebalnya, bukti bahwa dia telah mengantisipasi bahwa kaos kaki itu ‘a must brought item’. Surya pun tak mau kalah pamer. Dia pun mengeluarkan sepasang kaos kaki, tapi kaos kaki kuliah yang tipis itu. Haha, meledaklah tawa kami semua. Eh, hangat loh, ternyata.
depan penginapan

Pelajaran: tawa renyah sahabat adalah api, yang siap menghangatkanmu.

Guyonan lain terjadi ketika tantang-menantang siapa yang berani mandi duluan. Brrr, membayangkannya saja rasanya ngilu semua. Akhirnya tak ada yang mau mencoba. Sampai akhirnya salah satu dari kami kebelet (maaf) e’e. Bahahaha. Kasian sekali. Mau tak mau toh dia harus nyobain air di kamar mandi.

Pada akhirnya sebagian yang lainnya, termasuk saya, ikut mandi siih. Sayang sekali, jauh-jauh ke Bromo juga.

Selesai mandi, kami jalan-jalan ke Pura Luhur desa Cemoro Lawang yang persis ada di depan penginapan. Eh, kami boleh masuk pagar lho. Baru tahu di dalamnya Pura itu isinya kayak apa.
Pura Luhur Cemoro Lawang

Lalu, kami beli tiket masuk TNBTS, yang ternyata berlaku 24 jam. Jadi besok pun tak perlu beli tiket lagi. Kami menghabiskan banyak memori kamera dengan latar belakang gunung Batok dan Bromo.

Puas, kami kembali ke penginapan. Ngapain? Sinaga, yang tidak pernah lupa bawa laptop kemana-mana, membuat kami bisa nobar koleksi filmnya sambil istirahat sejenak.

pasti Sinaga marah lagi,
fotonya gak dimuat lagi, aihihi
Sore, karena kelaparan, kami keluar lagi. Tak lupa bawa kamera ya. Niatnya cari warung, malah foto-foto kayang ndak jelas. Baru ketika sudah masuk angin, kami cari makan. Beuh, rasanya secangkir kopi dengan air mendidih pun tak berasa panas. Apalagi cuaca di Cemoro Lawang ini hampir selalu gerimis.
Diiringi suara puji-pujian sembayang saat matahari terbenam dari Pura, kami kembali ke penginapan.

Malamnya, kami tidur cepat mengingat esok pagi harus mendaki Gunung Penanjakan pukul 3.30 demi mengejar pemandangan matahari terbit dari puncak penanjakan. Alarm sudah dipasang, Night.

2 comments: