Wednesday 7 March 2012

BROMO-BTS (behind the story)


Heran dengan begitu ribet nya persiapan backpacking kali ini. Sampai-sampai saya merasa bahwa kami tidak diijinkan-Nya untuk melakukan perjalanan kali ini. “Mungkin ini pertanda akan adanya sebuah bencana atau musibah apa di Bromo” begitu pikir saya saat itu. Hal ini juga dirasakan oleh semua teman seperjalanan saya. Ganjil rasanya.

Awalnya, backpacking kali ini direncanakan sebagai ajang reuni 10 backpacker Bali sebelumnya. Tentu kami menyambut hangat juga bila ada newcomers yang berminat. Oke, sedikit mengingatkan, kesepuluh orang itu ada saya, Dedi, Fauzi, Iza, Alam, Himawan, Mbak Lia, Dek Gugun, Dio, Ryan. Lalu, satu persatu mengurungkan niat berangkat. Sebagian besar karena galau pengumuman penempatan dan pemberkasan yang katanya muncul 23 Desember 2011. Tersisalah saya, Dedi, Fauzi, dan Iza. Melengkapi rombongan ada sejoli Surya dan Syamsuri.

Kalau boleh saya menambahkan, sebetulnya, seperti Bali dulu, banyak orang yang menyatakan ingin berpartisipasi ke Bromo, dan pada akhirnya, kegalauan pula lah yang menang melawan manusia-manusia bimbang. 

Dedi dan Surya.
Beberapa hari sebelum tanggal 23 (gossip pertama hari pengumuman instansi) Dedi pergi ke stasiun untuk pesan tiket ke Jogja. Habis semua sampai tujuh hari ke depan. Wajar, memang akhir tahun banyak orang yang mudik. Minggu, 25 Desember ia mengabarkan akan mencoba peruntungan berangkat langsung hari-H membeli tiket Kutojaya Utara di Tanah Abang. Subuh-subuh ia berangkat sendirian. Saya menangkap nada kekesalan mengingat teman seperjalanan dari kampus, Surya, hanya mau terima jadi dan sedia berangkat menyusul setelah dipastikan tiket di tangan (tanpa antri dan berangkat subuh-subuh).
Dapat 2 tiket, Alhamdulillah. Kutojaya berangkat 6.45 dari Tanah Abang.
Sebelumnya, saya telfon Surya, pukul 6.00 ia masih di jalan.
Pukul 7 saya dapat sms dari Dedi, memberitahukan bahwa kereta sudah berangkat>> tapi Surya belum tiba di Tanah Abang. Bahkan saya, yang saat itu di Mojokerto, ikut kesal.
Ia memutuskan untuk tetap berangkat dan berganti mencari peruntungan di stasiun Senen mengantri tiket Progo.
Dapat, Alhamdulillah lagi. Surya dan Dedi berangkat dari Senen ke Lempuyangan pukul 21.

Syamsuri.
Saat saya mengajaknya dulu, tanggapannya masih galau cenderung ke tidak. Surprise juga mendapat kabar ia ikut.
Ia berangkat dari Bandung. Kereta dari Bandung sampai di Jogja agak siang, hal ini membuat rencana untuk pergi ke Probolinggo dengan kereta harus diubah karena SriTanjung berangkat 7.30. Sempat sangat bingung juga menyesuaikan jadwal Syamsuri ini. Awalnya mau mampir Mojokerto dulu, menginap di rumah ibu saya, lalu ganti rencana mau naik kereta ke Malang, lalu ganti rencana naik bis saja, terakhir kembali ke rencana semula mampir Mojokerto. Benar-benar galau jadinya.

Fauzi.
Sepertinya Fauzi-lah yang emosinya paling stabil. Kendala-kendalanya pun tidak muncul ke public sampai hari keberangkatan tanggal 26 Desember. Kakak perempuannya kecelakaan dan tentu saja ia harus menemani berobat ke RS. Saat itu saya sudah berbesar hati mengingat kecil kemungkinannya ia akan berangkat. Semoga cepat sembuh kakaknya Uzi.

Iza.
Sang Ratu Gunung ini sangat berjiwa positif dan merupakan motor dalam perjalanan kali ini. Ia, dengan begron Stapala nya, memberikan banyak informasi soal Bromo dan persiapannya. Saya pikir dia tidak tersentuh virus galau seperti teman saya yang lain. Namun, ternyata kena juga. Tiba-tiba dia pilek gak sembuh-sembuh. Kabarnya juga, kakak-kakaknya melarang adik bungsunya ini naik gunung lagi. Tapi enth, jurus apa yang dilancarkannya kepada Ibunya sampai beliau memberi veto restu agar ia naik gunung.

Saya.      
di Mojokerto, rumah Ibu
Saya sih tidak terlalu galau. Galaunya ya gara-gara dengar cerita teman-teman jadi ikutan galau. Was-was kalau saja dengan masalah sebanyak ini kami batal berangkat backpackingan ke ikon Jawa Timur itu.

Alhamdulillah, akhirnya, saya bisa dengar kabar juga kalau mereka berlima sudah menghasilkan mufakat untuk menginap dulu di rumah saya di Mojokerto untuk semalam. Esoknya, baru berangkat ke Bromo. (cerita di Mojokerto di skip saja ya, post selajutnya langsung cerita Bromo)

Kelanjutannya ada di:
- Mojokerto-Patalan (Kisah kemalaman di Terminal Probolinggo dan ditolong orang asing)
- Cemoro Lawang (1)
- Cemoro Lawang (2)
- Penanjakan 1- Penanjakan 2 (a breath taking scenery from Penanjakan 2!)


2 comments:

  1. waaah.. boleh ikutan nggk klo ada rencana backpackeran lagi??

    ReplyDelete
    Replies
    1. silakan mas/mbak anonymous :) contact via twitter di @sandstory saja...

      Delete