Sunday 26 June 2011

Sebetulnya, apa sih Sandstory itu?

Hari ini, saya kelebihan ide untuk menulis. Banyak kegiatan tak terlupakan hari ini, minggu 26 Juni 2011.
Normalnya, orang akan segera menuliskannya dan mengumbarnya di publik tentang aktivitasnya seharian. Namun, beda halnya dengan saya. Akan saya simpan dan saya nikmati seorang diri barang sejenak untuk saya cerna semua manis dan lucunya hari ini (sambil senyum-senyum sendiri). Lalu, setelah beberapa hari/minggu/bulan, baru akan saya urai ingatan saya satu persatu. Di saat itulah saya mendapati setidaknya dua kebahagiaan. Pertama, saat mengingatnya kembali, dan kedua, saat mengingatkan kembali orang2 yang terlibat di cerita yang saya tulis.

Karena saya ingin menulis juga, saya cari sebuah topik sederhana tentang "kenapa judul blog ini dinamakan sandstory?"

Sebagian besar orang menganggap sandstory adalah terjemahan dari "ceritanya sanda". Ya, memang saya bernama sanda aditya, tapi bukan itu alasan utamanya lhooo.

SandStory  is the art of telling stories with sand. They are typically performed live on stage and video projected on screen for large audiences (wikipedia)

dan tepat sekali, saya memahami sandstory sebagai sebuah kata yang utuh. Kata yang dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata "cerita pasir". Sandstory pertama kali saya kenal kira-kira setahun yang lalu. Saat teman sebelah kamar mendownloadnya dan memamerkannya padaku. Saat itu saya langsung takjub. (notes: beberapa hari kemudian saya juga memamerkannya dalam sebuah hiburan pembuka acara seminar akuntansi yang saya arsitek i di kampus).

Kenapa takjub?
Ya, boleh jadi saya berlebihan, tapi, (menurut saya) saya memaknainya berbeda. Dengan keahlian melukiskan sesuatu di pasir dan menghapuskannya dengan segera, betapa bahagianya hidup ini. Kita dapat berbuat sekehendak hati, jika salah, kita tinggal memelesetkannya ke bentuk lainnya dan membuat sebuah cerita baru yang lebih menyenangkan, indah, dan tak melukai hati banyak orang.

Ya, saya lemah dalam berbicara. Sudah pernah saya ceritakan (dalam posting lainnya di blog ini) tentang seluruh handicap saya dalam berbicara, bagaimana nerveousnya saya, bagaimana keringat deras saya ketika disorot banyak orang, dan hal-hal memalukan lainnya.

Ya, saya sadar tentang kelemahan itu. Jadi, saya banyak berusaha untuk meminimalisasinya dengan berbagai kegiatan yang memaksa saya untuk berbicara. Seperti, gabung banyak kepanitiaan (sekalipun juga lebih sering ditolak daripada diterimanya), organisasi, maupun perbincangan dengan dosen/orang2 bijak lainnya yang menjadi intens sekali.

Jadi, apakah sekarang saya memiliki lebih sedikit handicap dalam berkomunikasi? Iya sih, tapi efek sampingnya juga banyak. Sangat banyak, bahkan. Sekarang saya jadi merasa terlalu banyak bicara, bercanda berlebihan, dan berbicara di luar porsi dengan topik pembicaraan yang tidak perlu. Ini benar-benar membuat dilema. Apakah saya harus jadi terlalu pendiam, atau terlalu vokal?

Bahkan, guyonan saya sekarang (yang sering ceplas-ceplos) lebih banyak blundernya daripada bikin ketawanya. Huahua. Maaf siapapun Anda... >.< (saya hanya bercanda kok)

Ingin rasanya berada dalam dunia pasir yang mudah menghapus, menambah pasir, dan melukis cerita indah baru yang baik buat siapa saja, tanpa ada penyesalan, dan rasa bersalah setelah melakukannya.

I wish I have a Sandstory Life...

Eiya, kalau ingin tahu juga video Sandstory, ini beberapa link-nya...

Silakan kalau ingin tahu yang lain bisa cari di youtube dengan keyword "sandstory" atau "sand art" atau "sand animation".




Sunday 19 June 2011

BBF Part 3: Dwi Sriwahyuni dan Sulistiowati


Sambil menunggu ruangan untuk kuliah di gedung L, saya ngobrol dengan salah satu saudara BBF yang saat ini sekelas dengan saya di tingkat 3. Nah, di sana dia bilang, “kapan giliran namaku ditulis jadi judul? Pokoknya aku mau jadi cewek pertama yang tertulis di kepingan BBF mu lho ya…”

Seriuskah?

Saya pikir iya, sebegitu pentingnya ditempatkan sebagai gadis pertama yang menjadi tokoh utama di cerita ini sampai-sampai ada nada ancaman dalam intonasinya. Sambil lalu, seminggu kemudian, otak siput saya yang geraknya lumayan agak lambat untuk urusan begituan pun mulai melogika satu hal.

Iya ya, kalau saya menuliskan judul dengan nama seorang gadis, dan itu pertama, pasti beberapa orang akan beranggapan ia adalah orang yang istimewa bagi si penulis.

Oke deh, kalau begitu saya mulai menulis satu judul, “dwi sriwahyuni”. :malu: Ah, kasihan dia, apa nanti kata teman-temannya kalau saya, dengan lancangnya membuat orang-orang tergiring opininya (lagi) setelah dua tahun lalu saya melakukan hal yang sama.. >.<

Jadi, saya putuskan untuk membuat sebuah judul yang berbeda dengan dua edisi sebelumnya. Sulistiowati akan menemani Dwi Sriwahyuni dalam cerita ini. Lagipula, keduanya adalah dua orang yang tidak terpisahkan juga.. Bahkan sampai sekarang pun, saya masih sering melihat keduanya dalam satu paket jalan bersama, atau rapat bersama, atau saling nge-tag di FB, dsb. What a couple!! :D
BBF di museum satria mandala, dwi, paling depan  kanan. sulis, ketiga dari kiri.

1st Dwi Sriwahyuni

Seingat saya, pembicaraan pertama kami (kalau gak salah di ruang d102 lantai 1) adalah “dwi kenal si A nggak?” (A adalah teman satu sekolahannya yang juga teman saya dari ITS) *ya pasti kenal laah, orang sama-sama satu sekolahan, hehe, ini adalah salah satu template resmi untuk memulai pembicaraan selain pertanyaan tentang asal daerah dan asal SMA. #ternyata susah lho memulai suatu pembicaraan.

Intermission.

Satu semester berlalu, dan kami jarang berbicara. Memang, di kelas 1G dulu, pria dan wanita selalu duduk terpisah. Wanita hampir selalu duduk se-banjar di banjar pertama atau kedua (dihitung dari pintu), sehingga “they have their own world”. Saat dosen mengucap salam tanda berakhirnya kuliah, dengan segera mereka pun menghilang di belakang pak/bu dosen itu.

Singkat cerita, muncullah ketidakjelasan saat akhir2 semester ganjil. Para pria mulai senang membicarakan para wanita di sela2 belajar kelompok. Saya sih lebih banyak jadi pendengar dan pengamat saja (crossing finger). Dalam salah satu mata kuliah, pengantar akuntansi, saya sekelompok dengan enam orang absen terakhir saat itu. Saifan-Sanda-Septian-Sigit-Sulis, Waradhika.

Kami pun mulai berdiskusi di taman cd membagi tugas. Mulailah kebiasaan para pria (seperti yang saya sebutkan di atas-membicarakan para wanita), kok ya ndak sungkan sama Sulis, haha, jangan terlalu membeda-bedakan gender.. haha, peace! Septian mulai berbicara mengenai dwi; sigit dan saifan membicarakan rahma, dhika senyum-senyum saja sambil sesekali berkomentar aneh, dan teruslah demikian. 

Tugas principle kami menjadi sama sekali tidak menarik.

Mulailah saya nimbrung pembicaraan septian dan sulis,
Saya: “cie, septian… daritadi ngomongin dwi mulu”
Sulis: “iya nih, wah tak wadulno dwi koe nko”
Septian: “lapo ae mak sul iki!”
*hobi septian memang bertengkar dengan sulis-red, herannya sekalipun mereka memakai bahasa sarkasme tiap kali berbincang, tapi ndak ada yang tersinggung lho…

Keesokan harinya, saya dan sulis mulai menjodoh-jodohkan kedua orang ini. di kelas Entah ada angin apa, tiba-tiba boomerang itu berbalik arah-DENGAN SANGAT CEPAT! Lha tahu-tahu yang diolok2 malah saya dan dwi.

Berlanjut, terus berlanjut, malah semakin menjadi-jadi. Hasilnya, saya mulai segan kalau berpapasan dengannya. Di tingkat dua, saya dapat award “tersipu” karena saya adalah orang yang wajahnya cepat berubah warna menjadi merah kalau diolok-olok atau di-“cie-cie”. Mungkin ini karena pengendalian emosi serta rendahnya kepercayaan diri kali ya.. Alhamdulillah, sekarang sudah agak berkurang. Sialnya, teman-teman BBF menjadikan kelemahan saya yang satu ini sebagai motivasi untuk mengolok2. Makin semangat lah mereka... -.-"

Saya sih senang-senang saja. Dwi gitu lho.. Hehe, tapi ya segan sekaligus kasihan dengannya. Gosip mulai beredar terbawa angin, hujan, dan rumput yang bergoyang. Hancurlah image nya kalau digosipkan dengan saya. #belakangan saat tingkat 2 dan 3, seringkali kami saling sms meminta maaf atas ketidaknyamanan yang kami ciptakan untuk masing2.

Pendapatmu tentang dwi?

Yaaaa, mulai lagi deh. Emm, saya tidak mau beropini deh. Nanti macam-macam lagi.

...sebelumnya rasanya tak perlu
membagi kisahku tak ada yang mengerti...

Sherina-cinta pertama dan terakhir

Yang jelas, suatu kehormatan bagi saya sempat disandingkan dengannya. Semoga Allah selalu memudahkan langkahmu. 

2nd: Sulistiowati

“Bangga sekali aku, setidaknya aku bisa mengalahkan 31 cowok lainnya (Sulistiowati)”

Seperti dalam film “500 days of summer” dimana alur ceritanya maju mundur dengan berbagai macam latar suasana. Kadang diberi latar musim semi di hari ke-208, lalu berganti dengan badai di hari ke-300, musim gugur yang kering di awal-awal film, sampai berakhir terus seperti itu.

Ya, kali ini saya memajukan kepingan cerita ini ke dalam beberapa bulan ke depan saat akhir-akhir tingkat 1. Saat setiap orang menjadi sangat sentimental karena di tingkat selanjutnya, kelas akan diacak dan itu berarti Anda harus cari teman lagi, beradaptasi lagi, dan keluar dari zona nyaman yang sudah terbentuk selama setahun. Padahal, kami sudah sedemikian dekatnya satu sama lain, guyonan kami sudah sangat nyambung, saling mengolok-olok tanpa ada yang tersinggung, dsb.

Kembali ke judul, Kalimat pertama yang saya tulis tersebut adalah winning statement nya mbak Sulis saat mendapatkan award tertampan versi BBF. Kalau boleh jujur, dia memang tampan, setidaknya bila dibandingkan dengan rangga ratriasa yang menempati tempat kedua, mbak sulis jauh lebih tampan. Haha,

Menurutku, hobinya, selain berfoto gaya macho, adalah berantem dengan kami. Sebegitu parahkah? Haha, enggak, Cuma, cara bicaranya yang selalu blak-blak an tanpa melakukan seleksi diksi membuat banyak orang berpikir mbak sulis ini mau ngapain sih yaaaa~

“suatu bangsa dikatakan sebagai bangsa yang besar ketika setiap suku bangsa di dalamnya dapat saling mengejek tanpa membuat sakit hati (bang Zega)”

PS: selamat turun dari kereta untuk naik kereta selanjutnya dalam sebuah perjalanan yang lebih panjang, Bikini Bottom Family. 
PS2: Gambar itu bukan kereta sih, anggap saja helikopter itu kereta. :)



Tuesday 7 June 2011

BBF (part 2): PRAMA WIRATAMA


“kami vital, tapi sopan (http://www.boxxxergila.com/)”
Seharusnya saya dapat komisi juga dengan menuliskan tagline sebuah produk seperti di atas… Haha.

Prama Wiratama, Purwokerto, 28 Oktober 1990.
Saya sudah punya gambaran susunan sampai part ke-5 dalam seri Bikini Bottom Family sebetulnya. Setelah cukup mendapatkan respon positif di part 1: Jaka Utama Hutajulu, rekonstruksi memori saya berjalan dengan cukup lancar. Jadi, saya putuskan untuk membuat part 2 (Sulistiowati), part 3 (Handy Dito Sulistiyantoàlihat: dominasi marga sulis), part 4 (Isnen Hadi Al Ghozali), dan part 5 (Prama Wiratama) sesuai dengan plot-plot yang ingin saya bangun.

Prolog untuk kelima kepingan tersebut berjalan lancar-lancar saja.

Namun, masalah muncul (seperti Anda temui juga dalam part 1) ketika masuk bagian isi. Huah… saya bingung luar biasa mencari korelasi antara nama-nama tersebut (yang seharusnya jadi tokoh utama) dengan jalan cerita saya. Selalu ngelantur kemana-mana.
Tuh kan mulai ngelantur.

Jadi?
Sebelum insiden kenal-kenalan di kelas seperti tertulis di bagian 1, kami, sekelompok anak-anak yang masih malu-malu berkumpul di depan ruang c304. Bingung, seharusnya langsung masuk kelas, atau nunggu dosen sambil ngisis (jawa: cari angin) di depan kelas layaknya saat SMA dulu. Jeng-jeng, mulailah kenalan dengan Prama Wiratama. “Tomi” katanya. “Oh, sanda, kataku” sambil dilanjutkan pertanyaan-pertanyaan standar.

Akhir-akhir ini namanya begitu popular di situs jejaring social ataupun forum tukar pikiran k*sk*s. sampai-sampai kalau saya mau komen di postingannya harus mikir berkali-kali dulu karena pasti notifikasi saya jadi tak terkendali dengan banyaknya komen/jempol.

Selain itu, tomi juga adalah salah satu pemilik dan pendiri usaha BoxxxerGila (harus ngecek berkali-kali ada berapa sebenarnya jumlah “x” dalam frasa tersebut: tanda-tanda penuaan dini).

Dengan mengunjungi laman resminya (http://www.boxxxergila.com/?page_id=515) saya mendapati tulisan ini…

kami sekumpulan orang gila yang mencari kebebasan dalam berekspresi dimana saja, kapan saja dan bagaimanapun caranya.
Tomi
, sekolah di STAN, belajar akuntansi tapi sukanya bikin desain barang-barang kaya gini. Gila kan?
Dyama
, kuliah di UB, belajar management tapi hobinya nulis-nulis karya ilmiah, termasuk alasan ilmiah yang mengilhami kenapa kami pilih produk boxer.
Fafa
, kuliah di UB, belajar management juga, tapi hobinya… hmm,,, klo yang ini macem2 hobinya,,,, ya nulis, ya nyanyi, ya nglukis… mpe yang “macem2? deh.
kami bikin produk ini bukan nyari profit, cuman cari untung aja koq.
untung ada yang beli….
untung ada yang mo make boxernya..
berarti untung ada yang gila kaya kami.
cukup? cukup lah ya,,,
thanks.

Ketika saya tanya-tanya via pesan fb (apakah ini sudah layak disebut prosedur wawancara? entahlah), bagaimana proses kreatifnya, ini dia jawabannya:
*dengan simulasi sinyal lemah:
Sanda    : proses kreatif nya gimana tom, bikin boxer itu? (27 menit yang lalu)
Tomi      : cari tema dulu... mo angkat masalah apa...
trus bikin desain yang agak nakal...
trus produksi...(26 menit yang lalu)
Sanda    : kalo kaos mindset gimana? btw, lini usahamu apa aja ya tom? (19 menit yang lalu)
Tomi      : kaos mindset sama san...
cari inti pola pikir yg mau disampaikan.
bikin desainnya..
produksi...
usaha yg udah pernah tak coba ya....
jadi agen pabrik kaos...
boxer, kaos,
jualan pulsa...
dulu waktu kecil, TK pernah jualan es lilin
waktu sd sewa kaset ps
sma jualan atribut pramuka...
wkwkwkw.... ora patut dadi PNS ya... hahaha (15 menit yang lalu)
Sanda    : KSPK mu diajar siapa? (9 menit yang lalu)
Tomi      : diajar pak sahal... piye san? (8 menit yang lalu)
Sanda    : emm, ijin pake nama ya tom. Tugas KSPK (7 menit yang lalu)
Tomi      : he? buat tugas KSPK pake namaku? ojo mengko aku ********.... hahaha (tersensor) (6 menit yang lalu)

Pertanyaannya adalah? Siapa yang pakai modem dengan sinyal lemah?
a.       Tomi
b.      Sanda
c.       Keduanya
d.      Tidak ada yang benar

Intermezzo nya banyak amat ya? Kapan nih seriusnya?? -.-''

Ya, menurut saya, beliau adalah salah satu orang keren yang saya temui di STAN. Menurut penjelasan KSPK tadi siang, 5 ciri orang kreatif:
1.       Problem sensitivity
2.       Idea Fluency
3.       Facility at Combination
4.       Flexibility
5.       Constructive Discontent
Dapat saya jumpai padanya.

#lalu apa hubungannya dengan cerita Bikini Bottom Family? Lagi-lagi tidak ada. Eh ada ding. Prama adalah kepala suku BBF pertama, seorang yang memperjuangkan seminggu liburan pasca UTS dan banyak lobi lainnya, memediasi dunia SMA yang abu-abu ke dunia STAN yang warna-warni (sumpah kalimat ini lebay), serta membantu kami amat banyak. Amat banyak. Arigatou.

 pemilihan abang none BBF 2009, dari ki-ka: tomi, dito, galgom, saya :malu:, gak kenal :D


(ini tugas kuliah saudara-saudara, hiks2, sedih deh melihat tulisan saya nggak beraturan kayak gini. Di satu sisi ingin cerita tentang BBF saja, tapi di sisi lain dosen KSPK saya sedang memberi tugas untuk menulis profil seseorang di sekitar kita yang dianggap menularkan virus-virus kebaikan serta mampu berpikir kreatif. Ternyata tidak semua perahu dapat didayung dengan kencang dan melampaui dua tiga pulau. Maaf terkhusus untuk saudara-saudara BBF, Pak tri ratna taufiqurrahman, dan “agan” Tomi tentunya (mereka memanggilnya seperti itu). Hope this dualism doesn’t disturb you guys a lot. T.T)    



Saturday 4 June 2011

Bikini Bottom Family (part 1--JAKA UTAMA HUTAJULU*)

dari kiri ke kanan: plankton, mr.krab, sendy, dani setiahadi, squidward, patrick, gerry, ubur-ubur.

Saya sedang galau tingkat mbahnya dewa (above God - STAN’s galaumeter) karena sesuatu hal. Salah satu solusi yang ditawarkan ketika saya bertanya kepada rumput yang bergoyang adalah menghidupkan laptop dan menuliskan uneg-uneg. Ya Allah, ampuni hamba apabila ada kesalahan dan banyak ceracauan nggak jelas dalam tulisan berikut ini… >.<

Memang saya bukan pengingat yang baik, tapi perkenankan saya menulis beberapa kenangan saya dengan teman, eh saudara deh, di tahun pertama saya di STAN.

Sebetulnya juga, saya ingin nulis ini pas mau yudisium nanti tapi… pasti teman-teman dah sibuk sendiri. Saya pun mungkin juga akan semakin lupa. Hasilnya, modifikasi cerita menjadi hal yang dominan melebihi orisinalitas yang mengharu-biru. #astaghfirullah, tuh kan masih galau

Kita mulai dengan pertemuan awal, karena kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya? Terserah Anda.

JAKA UTAMA HUTAJULU*
*setiap kepingan cerita, diberi judul nama salah seorang anggota keluarga BBF

C304 (semoga tidak salah, habis ruangannya mirip-mirip sih) adalah saksi bisu perkumpulan ketigapuluh satu anak-anak gundul plus sembilan mbak-mbak cantik. Tiga puluh satu itu ternyata banyak yang gundul tapi cuma jadi korban mode lho. Hehe.

 Anda akan jadi sangat akrab dengan teman sebangku Anda yang pertama…    (Sanda Aditya)

Entah kenapa, tiba-tiba saya sebangku dengan Jaka Utama. Marga Hutajulu tidak dituliskannya dalam absensi, jadi kami tidak pernah tahu kalau dia benar-benar orang Medan (sebut saja Medan untuk menghindari kebingungan Anda dalam memahami daerah-daerah asing yang jarang disebutkan di media elektronik) dan punya marga sampai bang Zega di semester 2 bertanya padanya.

Mulailah obrolan lokal terjadi antar teman sebangku. Nguing nguing berdengung seru. Lalu hening. Lalu nguing nguing lagi sambil sesekali terdengar kata “piye”, “tekan”, “iyo tho?”, dan vocab-vocab jawa yang mencolok. Begitu sampai agak lama.

Beruntung kakak dari IMMSI masuk kelas dan menyelamatkan kami dari obrolan yang sudah ada formatnya untuk pertemuan pertama (biasanya, asalnya darimana, kos dimana, SMA nya dimana, sebelumnya kuliah dimana, dan sejenisnya). Mulailah kakak itu perkenalan sedikit lalu meminta kami maju dan perkenalan satu persatu. Ooh, mbaknya yang itu dari sini to, ooh, mas e yang itu dari sana to… kami jadi tahu siapa saja yang duduk di samping kiri, kanan, depan, belakang kami dari tadi (dan besoknya lupa lagi, sumpah!). Pemilihan ketua kelas dimulai dengan tomi dan septian mengajukan diri. Tomi terpilih. Belakangan saya tahu kalau ternyata septian sangat mengincar posisi tersebut. Haha, aduh, kok ya sebegitunya. Mulailah kami menjadi makmum prama wiratama.

Dua tahun kemudian saat saya jadi LO Action, saya sadar bahwa salah satu kebijakan tomi sebagai ketua kelas agak kurang populis. Hiks, saya jadi malu karena pas promosi di depan kelas 1 AG 2010/2011 ditanyain, “kak sanda dulu actionnya nampil apa? Kayak gimana? Sekelas berapa orang yang gak ikut? Etc etc” hanya bisa keringetan gak tahu mesti jawab apa. Alhamdulillah, untungnya, karena bakat jadi sales, 35 dari 38 anak-anakku ikut acara jingkrak-jingkrak itu.

Selebihnya, tomi oke-oke saja.

Waktu berjalan dengan sangat cepat. Seolah kemarin baru ketrima  USM, tiba-tiba udah UTS, UAS, liburan. Semester satu tidak banyak event 1G (saat itu belum bernama Bikini Bottom Family) yang saya ingat rasanya. Saya berhenti lama di paragraph ini untuk membangkitkan memori semester satu. Arggh, susahnya…
Loading…
1/100…
2/100…
3/100…
Belum ingat juga (15 minutes later).
4/100…
5/100…
Jeng jeng>>Page Not Found.
1/100…
Sampai narrator berganti narrator,

Ya sudah lah. Ganti topik.

Yang saya kagumi adalah, teman-teman perempuan di kelas, selalu duduk dalam satu banjar saja. Mereka tidak berpencar-pencar. Fera dan Ayu di barisan terdepan. Fika dan Damay di baris kedua. Di belakangnya ada dwi dan sulis, lalu ada rahma dan ziy. Heran deh, ziy minusnya gede kok sukanya duduk belakang... 

Lha terus dimana cerita tentang Jaka nya?
Nggak ada, hehe. Setiap cerita kan memang saya beri judul nama warga BBF. Naah, karena ini cerita pertama, jadi kawan sebangku saya yang pertama saya jadikan judul. So, still there, tungguin nama kamu jadi judul selanjutnya ya… *pede, kayak ada yang mau nungguin aja.

PS: Jak, jangan bilang-bilang ya, kalau kita dulu pernah kalah 15-4, 15-0 di babak pertama stan open. Rahasia lho ini..